Sarihusada Melalui Program Warung Anak Sehat Rangkul Sekolah-Sekolah Dasar untuk Wujudkan Pola Jajan Sehat dan Bantu Ciptakan Generasi Maju Indonesia
Yogyakarta, 14 November 2017 – Dijuluki sebagai kota pelajar, Yogyakarta tak henti untuk berbenah dan menjaga kualitas pendidikannya melalui pengentasan masalah gizi pada anak usia sekolah. Hal tersebut patut dimulai dari kebiasaan mengonsumsi jajanan sehat di sekolah yang memerlukan upaya dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat. Karena tidak mudah mengontrol pola jajan anak dengan ketersediaan jajanan sehat yang masih minim. Berdasarkan Laporan Tahunan 2016 Balai Besar POM Yogyakarta, dari 16 sampel PJAS yang diuji pada periode tersebut, 62,5% nya tidak memenuhi syarat akibat cemaran mikrobiologi.
Data tersebut menunjukkan adanya permasalahan gizi dari lingkungan jajan yang tidak sehat atau kurang higienis, tidak terkecuali di kota Yogyakarta. Untuk membantu mengentaskan permasalahan gizi anak sekolah tersebut, Program Warung Anak Sehat (WAS) hadir dalam mewujudkan sekolah dengan kantin sehat melalui pendampingan dan penyediaan material edukasi.
“Program Warung Anak Sehat yang diprakarsai oleh Sarihusada kini telah menjangkau 350 sekolah dasar di kota Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Ambon. Khususnya di provinsi Yogyakarta, kami telah merangkul 100 penjual kantin sekolah yang tersebar di kota dan kabupaten Yogyakarta yang kita sebut sebagai Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Secara berkesinambungan kami mengadakan pelatihan kepada para IWAS untuk dapat menyediakan alternatif jajanan sehat berbasis lokal. Ketersediaan akses jajanan sehat serta edukasi gizi yang WAS berikan, diharapkan dapat bantu pemerintah dalam memperbaiki gizi anak sekolah dan mampu menciptakan Generasi Maju Indonesia,” jelas Talitha Andini Prameswari selaku WAS Project Manager dari Sarihusada saat ditemui di SDN Gondolayu Yogyakarta.
Dalam membina sekolah-sekolah dasar di berbagai daerah, program WAS berfokus kepada pemenuhan gizi sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro. Dalam menjalankan fokus tersebut, program WAS menggandeng ahli atau instansi terkait, salah satunya yaitu CARE International Indonesia. Sekolah-sekolah yang dituju juga merupakan rekomendasi dari pemerintah, sehingga program WAS dapat bersinergi dengan program pemerintah dan berjalan tepat sasaran.
Salah satu sekolah di Yogyakarta yang mendapatkan edukasi gizi serta pendampingan terhadap guru, orang tua, hingga penjual kantin, yaitu SDN Gondolayu. Sekolah yang pada tahun ini berhasil mendapatkan juara ke-2 untuk lomba sekolah sehat di tingkat kota, menjadi salah satu sekolah percontohan dari program WAS agar dapat memotivasi sekolah lain dalam menciptakan kebiasaan mengonsumsi jajanan sehat.
Dalam sesi kunjungan program Warung Anak Sehat ke SDN Gondolayu, FX Sukirdi, S.Pd selaku Kepala Sekolah memaparkan upaya yang telah dilakukan dalam mewujudkan sekolah sehat dibantu oleh program Warung Anak Sehat.
“Secara konsisten kami berusaha untuk terus memperbaiki pemahaman guru terkait gizi seimbang untuk dapat disampaikan kepada para murid. Guru yang berperan sebagai panutan anak di sekolah juga perlu memberi contoh dan memperhatikan pola makan/jajan anak agar tidak sembarangan. Upaya kami tersebut semakin diperkuat oleh program WAS dari Sarihusada. Dengan adanya program tersebut, edukasi gizi menyasar tidak hanya kepada guru namun juga para orang tua murid dan penjual jajanan di sekolah. Edukasi serta penyediaan material dari program WAS membantu kami dalam menciptakan pola makan/jajan sehat secara berkesinambungan. Kami pihak sekolah mengakui bahwa program WAS bermanfaat untuk perbaikan gizi di antara anak-anak sekolah.”
FX Sukirdi, S.Pd juga menjelaskan bahwa atmosfer jajanan di dalam lingkungan sekolah menjadi sangat kuat di antara para murid. Pihak sekolah juga sangat mendukung kemajuan IWAS dan melibatkan orang tua untuk turut menitipkan makanan rumahan mereka kepada para IWAS. Selain itu, dalam meminimalisir para murid jajan sembarangan, di saat kegiatan belajar mengajar pihak sekolah menutup pintu gerbang dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk menganjurkan para pedagang liar untuk tidak berjualan di lingkungan sekolah.
Di dalam lingkungan SDN Gondolayu, Warung Anak Sehat yang sedang beroperasi menunjukkan adanya keahlian IWAS dalam menyediakan jajanan yang sehat, aman, dan beragam. Selama program WAS berjalan, para IWAS diberikan pelatihan dan edukasi gizi untuk dapat mengolah bahan berbasis lokal tanpa bahan tambahan yang berbahaya dengan menjaga sanitasi dan higienitas pengolahan hingga penyajian sesuai standar BPOM. Adanya pelatihan terhadap IWAS di Yogyakarta diharapkan dapat lebih mengangkat kekayaan kuliner di kota tersebut yang memiliki ragam menu makanan lezat namun tetap mengutamakan keamanan dan kesehatan. Untuk itu, para IWAS binaan berkomitmen untuk selalu menyediakan home-made food yang tentunya sesuai dengan uang saku anak sekolah.
“Sebagai Ibu tentunya saya ingin memberikan yang terbaik bagi anak saya, tidak terkecuali para murid di sini yang sudah saya anggap anak sendiri. Saya memahami betul kebutuhan para orang tua untuk bisa memberikan asupan gizi yang seimbang bagi anaknya. Jadi sebisa mungkin saya terapkan edukasi gizi dari program Warung Anak Sehat terkait menu makanan sehat yang bisa saya kreasikan sendiri, terutama untuk menghindari bahan tambahan pangan, seperti pewarna atau pengawet. Contohnya membuat pewarna alami berbahan ubi ungu. Selain itu, saya juga sering berbagi resep dengan para orang tua atau IWAS lain agar dapat dipraktekkan di kehidupan sehari-hari,” terang Ismiyarti yang sudah 2 tahun berjualan di SDN Gondolayu.
Ibu Ismiyarti juga menuturkan bahwa program WAS tidak hanya memberikan edukasi gizi namun juga pelatihan usaha dan keuangan. Ia dipandu untuk dapat melakukan pembukuan dasar dalam memantau laba secara berkala. Hasilnya, usaha WAS yang telah ia jalankan berhasil meningkatkan pendapatannya lebih dari 50% dari sebelum ia bergabung dengan program WAS. Pelatihan pembukuan dasar tidak hanya diterapkan oleh Ibu Ismiyarti untuk mengelola usaha yang menghasilkan. Namun berdasarkan survey dari CARE International Indonesia, sebanyak 95% IWAS di provinsi Yogyakarta melakukan pembukuan keuangan rutin selama lebih dari 5 bulan terhitung sejak September 2016, berbekal pelatihan yang didapatkan dari program WAS.
“Pencapaian program WAS yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sekolah contohnya di SDN Gondolayu ini tidak terlepas dari komitmen seluruh pihak untuk dapat mengentaskan permasalahan gizi pada anak. Bisa dilihat dari salah satu hasil survey oleh CARE International Indonesia bahwa sebanyak 94,8% IWAS di Yogyakarta mengakui, guru dan sekolah mereka sangat mendukung adanya WAS ini. Bahkan dapat dikatakan hampir seluruh IWAS merasakan manfaat dari program WAS dan melihat bahwa program ini dapat berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan gizi anak-anak sekolah. Melalui program WAS pula kita dapat melihat bahwa tidak hanya kesehatan anak yang dapat kita tingkatkan, namun juga kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemberdayaan usaha kantin sekolah,” tutup Talitha.