Informasi Media
Anda adalah seorang jurnalis, penerbit, komunikasi atau media profesional:
Kami di sini untuk menjawab pertanyaan Anda berkaitan dengan kelompok berita / data, permintaan wawancara, permintaan kemitraan
Anda adalah seorang jurnalis, penerbit, komunikasi atau media profesional:
Kami di sini untuk menjawab pertanyaan Anda berkaitan dengan kelompok berita / data, permintaan wawancara, permintaan kemitraan
Boyolali – Desember 2022, Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak, khususnya sapi perah di Indonesia telah membawa dampak berantai yang merugikan bagi peternak. Pada penghujung tahun 2022, Danone Indonesia melalui PT. Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada) bergerak bersama Satuan Tugas PMK Universitas Gajah Mada, relawan, akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat melakukan vaksinasi di peternakan binaan Sarihusada di Dukuh Banyusri, Kelurahan Jemowo, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada Selasa, 27 Desember 2022. Vaksinasi ini bertujuan untuk membentuk resistensi ternak terhadap infeksi PMK, sehingga dapat mempertahankan kondisi kesehatan hewan yang menjadi dasar dalam usaha peternakan rakyat.
Sejak masuk ke Jawa Tengah di pertengahan tahun 2022, penyebaran wabah PMK telah membawa dampak perekonomian yang besar terhadap kegiatan usaha peternakan sapi perah rakyat. Dampaknya berantai, selain sapi perah mati akibat penyakit, sapi yang sakit akhirnya dipotong paksa dengan penurunan harga yang signifikan. Sedangkan sapi yang pulih produksi susunya akan menurun. Hal tersebut merugikan peternak karena hasil usaha tidak seimbang dengan input yang dibelanjakan.
Menurut data yang disampaikan oleh Kepala Bidang Usaha Peternakan dan Kesmavet, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanta, S. Pt, M. Si Kabupaten Boyolali memproduksi 51,56 juta liter susu per tahun pada tahun 2021, atau sekitar 60% dari produksi seluruh provinsi Jawa Tengah. Tercatat sekitar 94.698 ekor sapi perah yang dikelola oleh keluarga peternak sapi perah yang tersebar di seluruh Kabupaten Boyolali, namun saat ini hanya tersisa 62.387 ekor sapi perah. Kondisi ini bukan saja berdampak pada kesejahteraan peternak tetapi juga mempengaruhi ketersedian pasokan susu sebagai bahan baku. Oleh karena itu, Gunawan mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Sarihusada untuk mendukung pemerintah Kabupaten Boyolali dan Sleman dalam mengatasi wabah PMK melalui proses edukasi, penanganan medis dan vaksinasi. Selain memastikan pasokan vaksin, Pemkab Boyolali secara komprehensif juga telah melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang bahaya wabah ini, Pemkab juga kemudian menindaklanjuti dengan memberikan penanganan medis melalui Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) dan tentunya juga implementasi vaksinasi yang dilaksanakan bersama dengan seluruh pemangku kepentingan. “Kami mengapresiasi yang dilakukan Sarihusada karena telah turut membantu penanganan dan pemulihan kondisi kesehatan ternak. Pemulihan produksi susu segar yang baik secara kualitas dan stabil dari kuantitas akan saling membawa manfaat yang baik bagi swasta maupun peternakan rakyat”, jelas Gunawan.
Sarihusada berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, KJUB Puspetasari, dan Yayasan Rumah Energi melakukan edukasi tentang PMK kepada peternak di Klaten, Sleman dan Boyolali. Tujuannya untuk mengedukasi peternak tentang penyebab, pencegahan, penanganan, serta pemulihan produksi akibat wabah PMK. Langkah selanjutnya adalah penanganan medis terhadap sapi yang sakit dan mengalami penurunan produksi susu, dilanjutkan dengan vaksinasi. Dalam pelaksanaan vaksinasi ini sebanyak total 19 tenaga kesehatan hewan langsung mendatangi kendang-kandang peternak di Kabupaten Boyolali, untuk memberikan vaksin PMK. Adapun sejak Mei 2022 kegiatan ini telah berhasil memberikan edukasi bagi 317 peternak, menyediakan penanganan medis bagi 199 ekor sapi, dan melaksanakan vaksinasi untuk 150 ekor sapi.
Ketua Satuan Tugas PMK sekaligus Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si. menyebutkan bahwa PMK merupakan salah satu penyakit menular pada hewan yang paling ditakuti oleh negara-negara di dunia, dikarenakan penularannya yang sangat cepat dan dampak ekonomi yang besar. Oleh karena itu penanganannya harus dilakukan dengan pendekatan Pentahelix (kolaborasi antara Akademisi, Pemerintah, Swasta, Media dan Masyarakat). “Beberapa peternak mungkin mengalami keterbatasan akses terhadap tenaga kesehatan, obat, vitamin, dan vaksinasi. Sehingga peran aktif Sarihusada dalam memfasilitasi usaha bersama antara tenaga kesehatan hewan, pemerintah, dan peternak adalah tepat”, tegasnya. Sarihusada sendiri telah mengembangkan Program Peningkatan Mutu Susu (PMS) sejak tahun 1991 bersama akademisi dari UGM dengan pola kemitraan dengan lokasi di lingkar Merapi yaitu Boyolali, Sleman dan Klaten. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dengan mendorong peternak menghasilkan susu yang memenuhi standar kualitas industri susu, sehingga berkontribusi pada pengembangan industri usaha lokal pengolahan makanan & minuman berbasis susu. Selama ini, peternak yang didampingi juga telah mendapatkan peningkatan pengetahuan atas inovasi terkini melalui Kampus Peternak, dan studi banding ke lokasi lain untuk menambah wawasan.
Pada kesempatan terpisah Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menyampaikan bahwa dukungan yang diberikan bagi peternak untuk mengatasi wabah PMK, merupakan perwujudan dari visi Danone One Planet One Health yang meyakini bahwa kesehatan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari kesehatan lingkungan. “Sarihusada lahir dan besar di wilayah ini, kami memiliki komitmen untuk tumbuh dan berkembang bersama peternak lokal, dimana program yang kami inisiasi bukan hanya meningkatkan produksi dan kualitas susu segar, namun juga membantu meningkatkan kesejahteraan peternak. Untuk itu, secara proaktif kami membangun kerjasama dengan pemerintah, Satuan Tugas PMK-UGM, mitra koperasi dan peternak sehingga wabah PMK yang melanda ketiga kabupaten di DIY dan Jawa Tengah ini dapat segera ditangani dan dicegah untuk berkembang lebih jauh, serta produksi susu dapat dikembalikan secara bertahap”, tutup Karyanto.