Kawasan pesisir memang mempunyai pesona tersendiri.. Sebut saja di kawasan barat Pulau Jawa, seperti Pantai Anyer, Carita, Labuan, Pantai Sawarna hingga Tanjung Lesung yang berlokasi relatif dekat dari Ibu Kota cukup menarik untuk dikunjungi karena menawarkan segala jenis rekreasi.
Menjelajahi Gunung Anak Krakatau, Berburu Badak Cantik di Taman Nasional Ujung Kulon, Memahami kearifan lokal di Kampung Baduy, menaiki banana boat atau sekedar berjalan-jalan di tepi Pantai memang bisa menjadi salah satu alternatif untuk berlibur yang menyenangkan. Wisata pesisir juga wisata pedalaman yang menawan. Wisata daerah pesisir di kawasan barat Pulau Jawa ini memang terbilang lengkap, mulai dari wisata petualangan, wisata sejarah, wisata air, hingga wisata kuliner. Yap! Kuliner.
Suatu sore pada suatu hari, saya dan seorang teman berjalan-jalan ke Pantai Anyer. Pantai Anyer memang bukan termasuk ‘Hidden Paradise of Banten’ yang kesohor seantero Indonesia itu tapi tetap saja cukup ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk sekedar melepas lelah dari hingar bingar kota. Sore itu, kami menyusuri pinggir pantai, berjalan di atas pasir yang meninggalkan jejak langkah yang kemudian tersapu ombak. Kami menunggu matahari terbenam. Dan dalam penantian itu seorang ibu membawa sebuah baki berjalan mendekati kami. ‘Nong, otak-otaknya nong?’, katanya.
Wisata kuliner primadona di daerah pesisir tentu saja tidak terlepas dari aneka hidangan olahan hasil laut. Ada banyak rumah makan dan restoran-restoran sepanjang jalan yang menawarkan menu yang terbuat dari hidangan laut mulai ikan bakar, sup ikan, kepiting, dan lain sebagainya. Namun rasanya otak-otak sudah menjadi satu hidangan wajib ketika mengunjungi pantai duduk lesehan dipinggir pantai dan dipadukan dengan sebuah degan atau kelapa muda sambil menatap laut dari kejauhan. Sempurna, itu saja. Dari Otak turun ke hati, mungkin itu ungkapan yang tepat saat menikmati sajian ini dibalut suasana pantai yang romantis :oops:
Otak-otak adalah makanan khas dari Indonesia, rasanya hampir semua pesisir pantai yang pernah saya kunjungi tidak terlepas dari keberadaan penjaja otak-otak, walaupun sampai saat ini saya belum tau pasti daerah mana yang mempelopori adanya makanan ini. Ada yang bilang otak-otak ini makanan khas dari Pulau Bangka, lalu ada yang bilang juga dari Palembang, dan beberapa kota-kota lainnya. Tapi tau nggak? Katanya Malaysia dan Singapura juga ternyata mempunyai jenis makanan serupa yang dinamakan otak-otak loh.
Nah, otak-otak yang ditawarkan si Ibu berbentuk sekitar 10 x 4 cm dengan dibungkus daun pisang yang terlihat kehitaman, menunjukkan kalau ia habis dibakar. Wow, Otak terbakar! :-P Setelah tawar menawar, teman saya akhirnya membeli otak-otak itu dengan harga 10 ribu rupiah untuk 5 bungkus. Cukup murah, kan? Lalu bersamaan dengan otak-otak yang kami pesan, dihidangkan juga sambal kacang yang dibubuhi perasan jeruk nipis. Hmmm, nom nom! Yummy!
Otak-otak ini terbuat dari ikan tenggiri (Scomberomorus commesoni) dan termasuk ikan pelagis yang memiliki minyak di jaringan tubuh ikan dan dalam rongga perut di sekitar usus. Ikan tenggiri juga merupakan salah satu ikan berdaging putih yang disukai karena rasa dagingnya yang enak, memiliki aroma khas dan dan tidak bersisik. Dan ternyata ikan ini mengandung asam lemak tak jenuh Omega 3 yang penting bagi pertumbuhan normal tubuh, karena asam lemak esensial tidak dapat dibentuk di dalam tubuh dan harus dipenuhi dari diet. Kandungan Omega 3 ikan tenggiri juga relatif tinggi seperti halnya yang dikandung oleh ikan salmon, gindara dan tuna sardine loh.
Sssttt, tau nggak? Berdasarkan informasi dalam situs web Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penangkapan ikan tenggiri terbesar di dunia pernah terjadi di Indonesia, diikuti Filipina, Sri Langka, Yaman dan Pakistan. Jenis ikan ini memang menjadi komoditas perikanan laut yang paling utama karena memiliki nilai komersial tinggi.
Kalau soal rasa, otak-otak kualitas tinggi dengan cita rasa yang lezat bisa didapatkan dengan melakukan pemilihan ikan tenggiri yang mempunyai lebih banyak dagingnya dibandingkan tulangnya. Sedangkan untuk memasaknya, seingat saya, otak-otak bisa disajikan dengan dua cara, dibakar atau digoreng. Tapi otak-otak bakar memang lebih banyak dipilih, dimana pembakaran biasanya dilakukan dengan menggunakan bara batok kelapa, karena memasak dengan cara dibakar dinilai lebih sehat jika dibandingkan dengan menggoreng yang rentan kolesterol.
Otak-otak, ternyata selain jenis makanan yang enak juga bermanfaat bagi tubuh. Kadungan proteinnya yang tinggi baik untuk pertumbuhan anak-anak maupun orang dewasa. Nah, sekarang ini otak-otak tidak hanya disajikan dalam bentuk itu-itu saja, selain dijadikan sebagai lauk teman makan nasi, makanan ini juga banyak ditawarkan untuk dipadu dalam beberapa menu seperti Nasi Goreng Otak-otak, bakso dan lain sebagainya.
Akhirnya tenggelamnya matahari yang disusul kemilau orange dengan guratan langit biru kelabu, juga disertai semilir angin yang membuat suara indah dari pertemuan dua dahan pohon kelapa yang bergesekan menutup wisata bahari dan wisata kuliner otak-otak sore itu.. :-D
“Tetap sehat, tetap semangat supaya bisa terus jalan-jalan dan makan-makan makanan khas Indonesia.” -Pak Bondan
Tulisan ini diikut sertakan dalam blog writing competition ‘Jelajah Gizi 2’ dengan tema Kekayaan Gizi Daerah Pesisir yang diselenggarakan oleh Sari Husada.
Selamat berwisata kuliner!
agistianggi