Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (2)
Oleh Rachmat Pudiyanto 28 Oct 2017
Klasiknya Museum Angkut dan Kuliner Pasar Apung
“Bu lihat kemari Bu,” kataku sambil membidikkan kamera ke Ibu Ning, penjual Putu Tegal & Rangin Surabaya di atas perahu kecilnya, di Pasar Apung, Museum Angkut, Batu, malang.
Itu momen saat hari jelang gelap ketika langkah kakiku dan peserta Jelajah Gizi Malang tiba di Museum Angkut. Pertama kali aku menginjak lokasi museum transportasi dan tempat wisata modern yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur ini.
Temaram lampu yang menyala di sana sini, membuat petang itu seperti berpesta. Perahu-perahu kecil menawarkan dagangan kuliner. Kuliner khas tradisional. Beraneka ragam.
Seorang gadis penjaja akesoris tersenyum saat aku minta berpose dan kujepret sebelum aku masuk pintu De’ Topeng. Dipandu langsung oleh sang pemilik museum yang ternyata museum dibangun berawal dari kegemarannya mengumpulkan barang-barang kuno. Bersama sang istri, kisah-kisah di balik benda-benda bersejarah ini begitu menarik.
Menarik menyusuri museum De’Topeng berasa menyusuri masa lalu. Betapa tidak, aneka benda-benda bersejarah, uang logam, patung batu, batik, budaya adat, dan lainnya. Patung Ganesha mengingatkan masa-masa kejayaan kerajaan. Begitu pula dengan koin logam, ataupun serat-serat tulisan dengan menggunakan getah pohon. Ada patung Loro Blonyo, berbusana pengantin Jawa.
Sensasi tak kalah seru, saat aku masuk ke museum angkut dengan beragam sarana transportasi dari berbagai negara. Beragam moda transportasi, motor, mobil kuno, kereta, sepeda gowes mengisi ruangan museum. Di sinilah aku bisa melihat beragam transportasi dari tradisional sampai modern.
Berasa di Kota Batavia tempoe doeloe saat masuk ke Zona Sunda Kelapa dan Batavia. Lampion, lampu, dagangan rokok, pelabuhan, pedati dan alat transportasi tradisional membuat seperti di kota Jakarta tempoe doeloe.
Di zona lain, sempat blusukan ke zona Gangster Town and Broadway Street. Ini kota para gangster. Dengan transportasi motor mobil dan motor yang unik cenderung seram. Kayak sedang lihat acting film saja di sini. Klop dengan para pemerannya. Kota juga dinaungi lampu-lampu layaknya kota Gangster. Seram namun seru!
Sayang tak banyak waktu yang tersedia. Hari sudah malam. Aku dan teman satu tim yang dibentuk saat di perkebunan Kusuma Agro Wisata, dengan nama tim “Menjes’ harus menyelesaikan tugas, yakni photo di patungnya manusia hijau ‘Hulk’. Lumayan pusing juga nyarinya yang ternyata dekat dengan pintu akhir. Tugas selesai.
Pasar Apung menjadi blusukan berikutnya, saat tugas mencari 3 macam jenis makanan harus ditunaikan. Sukses deh. Meski kami lupa memfotonya, karena faktor lapar. Hahaa.
Malam Eksotis di Pupuk Bawang
“Wah kita nginep sini saja, pemandangannya keren,” kataku saat makan malam di Resto Pupuk Bawang kepada Prof Ahmad yang semeja. Tapi udaranya dingin eeuyy, karena terbawa angin yang berhembus.
Duduk di bantalan sambil leyeh-leyeh sekaligus ngobrol dengan Prof Achmad. Sembari bolak balik mengambil makanan yang terhidang, khas Malang pastinya. Menu yang menghangatkan, ada bakso bakwan malang, dan wedang angsle. Untuk menambah energy ada rawon. Yang menarik perhatianku adalah sempol ayam.
Ini jenis jajanan street food, abang-abang alias pinggiran jalan yang lagi ngehits. Rasanya enak. Dinikmati dengan saos. Biasa dijual di alun-alun Malang Rp. 2000an. Saking enaknya (atau laagi pengen apa ya) saat ke hotel, tempat menginap, aku bawa beberapa tusuk. Puas deh.
Tentu jajanan Sempol ini menjadi bagian kuliner tradisional yang merakyat. Dijual bebas di alun-alun atau pun pinggiran jalan. Khasanh kuliner yang memperkaya budaya negeri.
Jambu Luwuk Resort Bernuansa Pegunungan bak di Luar Negeri
Jambuluwuk Resort, Batu itu tempat peserta Jelajah Gizi Malang menginap. Lokasinya oke. Penginapan dengan nama-nama kota. Aku di penginapan Jogjakarta, yang lain ada Semarang, Solo dan lain-lain. Datang saat malam jadi kami tak sempat menikmati suasana, ditambah badan yang lumayan letih.
Sabtu 14 Oktober 2017. Paginya, ternyata kawasan itu indah banget. Jauh memandang Gunung Arjuna seperti menyapa Selamat Pagi. Hawa khas pegunungan terasa, kuhirup dalam-dalam hingga paru-paru terasa penuh. Kuhembuskan, kuhirup berulang-ulang. Aku menjepret agungnya Gunung Arjuna dan mengunggahnya di Instagram. Komentar dari kawan menyadarkanku, bahwa tempat ini bak di luar negeri!
Berlanjut sarapan. Sudah pasti menu ala Malang terhidang. Aku gak biasa sarapan pada jam 07.00 wib seperti pagi itu. Jadi ketela dan bubur sumsum jadi menu sehatku ditemani dengan jus. Cukuplah. Suasana teras nyaman memanjakan mata dengan pemandangan alamnya. Gunung Arjuna tetap menawan di kejauhan. Pohon menghijau di kejauhan. Sementara irama senam pagi yang entah dimana, terdengar sayup dari bawah. Pagi yang sempurna!
Namun aku mesti beranjak, jam 08.00 wib jadwal jelajah destinasi berikutnya. Semangat pagi!
Surga dan Neraka di Coban Rondo
Olahraga pagi ala Jelajah Gizi Malang, ya nge-games. Aneka permainan yang dikemas menarik bikin riang dan tertawa. Ada tebak nama makanan hanya dengan icip-icipp. Bersama tim Menjes, meski gak bener semua namun bisa nebak beberapa. Dari icip-icip 5 makanan, 2 meleset. Jenang Apel, Brem, adalah diantaranya yang ketebak. Ada games nutrisi, terus berlanjut bermain Treasure Hunt di Labirin.
Wah ini susah juga karena ada 4 clue yang harus dicari dan ditemukan. Aku yang bertugas di menara memberi petunjuk jalan. Sesuai kesepakatan tim Menjes,kode kanan adalah telunjuk satu (surga). Kode 2 telunjuk adalah ke kiri (neraka). Terus 3 jari adalah lurus, dan 4 jari adalah mundur. Susah juga karena kadang tim gak kelihatan di gerumbul tanaman yang tingginya melampaui mereka. Maafkan kawan, aku sempat bingung ngarahinnya! But sukses deh bisa menemukan 4 clue.
Nah clue itu ternyata untuk menebak sebuah profesi yang misterius. Mumet dan bikin pening. Meski akhirnya nebak jawabannya adalah Marketing!
Games berikutnya ini menurutku menarik. Menghias ban dengan tanaman. Ini ada pesan moral untuk mencintai tanaman, mempercantik dan memotivasi dengan yang hijau-hijau. Jadi ada ban mobil bekas yang bebas di cat warna warni. Lalu aneka tanaman ditaruh di tengahnya. Dibuat seperti taman kecil, secantik mungkin. Semua games itu dinilai secara tim dan diakumulasikan untuk akhirnya bisa ditentukan pemenangnya.
Spicy Entog Aceh Dancok
Makan siang mampir di Daun Coklat alias Dancok yang berada di seberang area labirin. Gak jauh. Menu Entog Aceh ala Dancok menggoda banget. Warna kecoklatan pekat dengan potongan dagingnya menarik perhatianku. Apalagi lama gak pernah makan daging enthog.
Bagiku menu ini special, karena jarang makan ginian. Selain itu ada minuman es coklat yang ‘nendang’ dan menyegarkan.
Yang menarik di Dancok ini bukan hanya menunya, namun area lokasi yang berupa lereng dengan pepohonan tinggi menjulang. Cahaya matahari mengintip di sela-sela dedauanan. Spot cantik untuk selfie dan welfie disediakan. Diantara pepohonan dibangun fasilitas ayunan dan tempat menikmati alam di kejauhan berbahan kayu.
Udaranya sejuk menyegarkan. Dan memasak di lokasi ini semakin membuat seru acara.
BERSAMBUNG
@bozzmadyang