“Rifan lagi di aceh ya?? Jangan lupa singgah ke mie leupung dek, itu mie aceh paling enak” sebuah sms dari kak idar, rekan di komunitas kuliner yang kuikuti masuk ke ponselku pagi tadi.
Ini adalah kali ke lima aku mengunjungi ujung barat Indonesia, sudah lama aku mencintai tanah rencong, dimulai hanya gara-gara saat SMA aku menyaksikan tari saman di sekolah. Kemudian sejak itu aku mulai mencari sesuatu hal yang berhubungan dengan aceh melalui dunia maya. Diawali dari mencari kawan chit-chat di YM, dilanjutkan era Friendster, Facebook sampai sekarang melalui path yang katanya kekinian. Sudah ratusan aneuk nanggroe yang kukenal saat ini.
Aceh menawarkan banyak keindahan, mulai dari dasar laut di Sabang, indahnya danau di Takengon, atau deretan pantai pasir putih yang mempesona di jalur barat aceh. Selain keindahan alamnya, Aceh juga terkenal akan makanan khasnya, sebut saja ayam tangkap, gulai bu sie itik, kare kameng atau yang paling terkenal adalah mie aceh. Rasanya tak lengkap kalau ke aceh tak mencicipi makanan-makanan tadi.
Berbekal sms dari kak idar tadi, aku meminta abangku untuk mencicipi mie leupung yang katanya paling enak se Nanggroe Aceh.
“Bang, ada kawan bilang katanya ada mie aceh enak, namanya mie leupung” tanyaku pada abang.
Oiya, abangku ini orang aceh asli lahir di Lhoksukon, kenal sejak tahun 2004 dari dunia maya, sampai sekarang di dunia mulan jameela.Hehe
“Oh,, abang tau tu tempatnya, cocok lah kita, itu searah ama Puncak Geurutee” kata abang.
Wah, pas bener pikirku, hari ini memang jadwal kami menyusuri pantai barat aceh sampai ke Puncak Geurutee, dan ternyata mie aceh leupung ini berada satu jalur dengan kami.
Berangkatlah kami pagi itu menyusuri pantai barat aceh, widiiiiiiiiiiiih pemandangannya istimewa. Sepanjang perjalanan aku dimanjakan dengan pantai pasir putih berombak atau dengan bukit-bukit hijau yang masih sangat terjaga keasrianya. Sampai akhirnya kami tak sadar melewati Warung mie aceh leupung.
“Dekgam,, abang lupa. Tadi warung mie acehnya udah kelewat, dekgam ga ingetin abang sih” katanya sambil tertawa.
Aku dipanggil dekgam yang berarti adek laki-laki. Dek artinya adek, gam berasal dari kata agam yang artinya laki-laki. Ya sudah, karena warung sudah terlewat jauh akhirnya kami putuskan untuk mengunjunginya lagi setelah pulang dari Puncak Gerutee.
Jam menunjukkan pukul lima sore, kami sudah duduk dengan tampan di warung mie aceh Leupung. Aku pesan mie aceh kepiting tumis dan abang pesan mie daging udang tumis. Sampai akhirnya abang membuka pembicaraan.
“Sebenaranya tadi gak terlewat hai dekgam, abang sengaja ga mampir” kata abang sambil tertawa bengis.
“Sial, kenapa gitu?” tanyaku
“Mana enak hai dekgam makan mie pagi hari, pagi hari itu enaknya ngopi, sore baru makan mie, malam baru enaknya tidor” katanya sambil tertawa lagi.
Sepiring mie udang tumis pesanan abang sudah tersaji lebih dulu. Seporsi mie dalam piring merah ini sepertinya bakal membuat perut penuh, karena ternyata isinya lumayan banyak untuk ukuranku yang maksimal ini.hehehe. Selang lima menit kemudian, datanglah pesananku Mie leupung kepiting tumis, lengkap dengan uborampenya (red : pelengkap) yaitu emping melinjo dan acar bawang merah.
Mie aceh bagiku bukan makanan baru, tapi betul kata kak idar, ini benar-benar mie aceh terenak yang pernah ku makan, abang pun mengamini. Entah dimana bedanya, tapi bagiku semua komposisi bumbu yang disajikan sudah pas, tidak ada yang berlebih maupun kurang. Asinnya, pedasnya, dan rempah lainnya pas, tak ada yang berlebihan, cuma lemak di badanku aja rasanya yang berlebihan. Mienya juga mempunyai ukuran agak besar dan kenyal. Selain itu tauge dan irisan kubis juga gak overcook kata chef juna. Masih ada tekstur krues-kruesnya. Dan kepitingnya jangan ditanya, masih segeeeeeeer banget. Karena kita dipersilahkan memilih kepiting yang masih hidup sesuai keinginan, sebelum dimatikan dalam wajan pengorengan.
“Hampir tiap hari abang makan mie dekgam” katanya. Tapi kulihat badan abang ga gemuk kayak aku padahal sering banget makan mie, dan dia jarang banget sakit. Makan mie aceh itu enaknya semua gizinya didapat. Karbohidrat dari mienya, protein dari campuran pelengkapnya seperti udang, daging, cumi bahkan kepiting, dan tetap sehat karena campuran tauge dan kubisnya. Selain itu bumbu-bumbu yag dic]gunakan dalam ramuan mie aceh ini pun konon mempunyai khasiat tersendiri. Misalnya bawang merah, cabe atau kunyit. Lebih lagi mie leupung ini mengklaim bahwa mie buatannya bebas dari pengawet dan zat-zat berbahaya lainnya, karena mereka memang memproduksi sendiri mienya. Jadi tak perlu ragu lagi buat menikmati mie leupung ini sampai koretan terakhir.
“Mangat that baaaaaang (red: enak banget bang)” kataku setelah memasukkan suapan terakhi ke mulut.
Tulisan ini diikut sertakan dalam rangkan memeriahkan blog competition yang diadakan Sari Husada berjuduL Jelajah Gizi