Pengalaman mengikuti lomba blog selalu membawa cerita menarik tersendiri. Tantangan tema lomba blog begitu beragam. Sekian pengalaman itu pun masih belum mampu secara lugas menjadikan diri fasih untuk menulis dengan laik. Terbukti dengan posting-an kali ini. Sebagian besar mungkin menganggap tulisan tentang makanan khas daerah asal mudah. Bagi saya hal itu tak semudah berperkara dengan lisan.
Tema makanan khas daerah sebenarnya menguji kita dengan ‘sedikit normatif’ mengenai: sejauh mana kita mengetahui makanan khas daerah kita. Namun, kalau hendak menunjukkan
makanan khas asal daerah, dengan lugas rekomendasi saya adalah: Lontong Kupang!
Makanan khas asal Sidoarjo ini sungguh nikmat. Tulisan ini bahkan dibuat dengan proses mengurai memori beberapa bulan yang lalu kala bersantap dengan sahabat. Mendadak, keinginan untuk mencicip makanan khas ini kembali membuncah dan itu berarti harus segera cepat-cepat libur kuliah dan kembali ke Sidoarjo. Mengapa? Jelas karena di Bogor belum (atau memang bahkan tidak ada) makanan khas ini.
Lantas, mengapa lontong kupang menjadi khas dan patut untuk dicecap oleh indera perasa kita? Berikut ini ulasan sederhana seorang mahasiswa yang berasal dari Sidoarjo dan memang sedang kangen untuk menyantap makanan ini.
Nikmat
Sidoarjo memang dikenal memiliki potensi hasil lautnya yang memesona. Hasil olahan ikan dan sektor perikanan menjadi primadona di Kota Krupuk dan Udang ini. Tak terkecuali lontong kupang (Corbula faba H.) yang berbahan dasar sejenis remis (moluska) kecil.
Lontong kupang sendiri terbilang sederhana dalam pembuatannya. Remis sebagai bahan dasar pembuatan kupang direbus dengan bumbu sederhana dan minimalis. Untuk lontong kupang, remis dimasak menjadi hidangan berkuah. Dalam penyajiannya ke-khas-an lontong kupang menunjukkan tajinya.
Pertama, dalam piring akan diuleg secara bersamaan bumbu seperti bawang putih, gula, cabai, dan petis. Takaran bumbu menjadi hak prerogatif sang penikmat kuliner ini nantinya. Petis merupakan salah satu bentuk olahan udang yang akan menambah kenikmatan kupang. Terakhir, disajikan dengan irisan lontong dan ditambahkan perasan jeruk nipis.
Dalam praksisnya, lontong kupang akan disajikan dengan pelengkap yang berua kerupuk, sate kerang, dan juga lentho. Untuk yang terakhir mungkin tidak banyak yang tahu. Lentho merupakan penganan olahan kacang dan singkong yaang ditambahkan bumbu sederhana lalu digoreng membentuk bola-bola. Wisata kuliner lontong kupang akan mengantarkan kita menjelajah seluk beluk desa ataupun pesisir Sidoarjo yang memesona.
Di
Sidoarjo sendiri begitu banyak sentra makanan khas yang menjual lontong kupang. Mulai dari rumah makan
prestige hingga pedagang kaki lima. Namun, pengalaman saya bersantap makanan ini bersama sahabat membuat saya merekomendasikan dua tempat makan lontong kupang yang mantab. Pertama untuk kelas rumah makan, lontong kupang mantab berada di daerah Suko, yang tak sampai satu jam jarak tempuh dari Stadion Olahraga Gelora Delta Sidoarjo. Rumah makan itu terletak di tepi jalan raya utama dan sudah pasti semua orang tahu karena memang terkenal. Mengapa? Karena banyak sekali
endorsement dari para artis maupun tokoh masyarakat yang sudah menikmati lontong kupang di sana.
Kedua, kelas kaki lima di sekitar area Masjid Agung Sidoarjo. Hal ini menarik karena selain bisa berwiasat religi kita juga dapat mendapatkan makanan khas yang terjangkau. Untuk kelas kaki lima, area Masjid Agung Sidaorjo menajdi pilihan tepat karena berada pada pusat kota Sidoarjo. Letaknya bersebelahan tepat dengan kantor pemerintahan dan alun-alun kota yang menjadi episentrum kegiatan masyarakat karena ruang terbuka hijau (RTK)-nya memang luas dan sangat menawan.
Nikmatnya lontong kupang terasa kala makanan khas tersebut bersanding lengkap dengan es degan (es kelapa muda). Es kelapa muda sekaligus menjadi penawar bagi yang tidak terlalu suka dengan kupang. Lontong kupang tak hanya mendominasi Sidoarjo, namun juga merambah ke Surabaya. Jarak Sidoarjo dan Surabaya yang ‘hanya’ terpisah satu jam kalau tidak macet menjadikan makanan khas ini kian menjadi primadona.
Lontong kupang menjadi primadona bukan hanya di meja makan atau hanya dalam perkara perut. Lebih jauh, lontong kupang menjadi fokus dalam karya seni. Adalah Happy Salma yang terinspirasi dan memerankan seorang penjual lontong kupang dalam film
Air Mata Terakhir Bunda.[2] Hal ini kian meneguhkan tesis bahwa: kuliner merupakan bagian itegral dari ‘
yin & yang’ dalam dunia seni.
Nilai gizi
Makanan yang nikmat akan percuma tanpa disertai dengan
kandungan gizi yang memadai. Disini, lontong kupang hadir untuk memecahkan ‘pembenaran’ umum yang selama ini berlaku bahwa, makanan enak harus berbumbu kompleks dan diolah dengan rumit, serta nir-kandungan gizi.
 |
Jejaring sosial merupakan sarana yang laik dalam gerakan edukatif Nutrisi Untuk Bangsa |
Seperti yang disitat dari laman Surabaya Post
[3] bahwa, kupang memiliki kandungan protein dan zat besi yang cukup tinggi. Hal itu diperkuat dengan berbagai riset tentang kupang oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
[4]Salah satu riset tentang kupang oleh Institut Pertanian Bogor
[5] menunjukkan bahwa memang kandungan gizi kupang melimpah. Hal ini jelas merupakan kabar baik bagi arah diversifikasi pangan di Indonesia. Bahwa untuk sumber protein hewani tak
melulu harus daging ayam, telur, atau daging sapi.
Diversifikasi pangan pokok sangat penting bagi
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara yang kuat tecermin dengan lugas melalui kualitas penduduknya yang sehat. Kesehatan penduduk dalam suatu negara. Secara terpisah melalui riset masing masing, Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan hal itu melalui Sasaran Pembangunan Milenium (
Millenium Development Goals/MDGs).
[6] Hal tersebut korelatif dengan riset Universitas Columbia tentang kualitas penduduk pada sebuah negara.
[7]
Nilai gizi menjadi penting dala setiap makanan karena sebagai sumber asupan primer bagi tubuh, makanan bertautan erat dengan fungsi organ dalam tubuh manusia. Kupang menjadi menarik untuk dielaborasi lebih jauh tentang kandungan gizinya karena belum banyak yang tahu bahwa hewan khas daerah pesisir ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Omega, zat besi, dan protein merupakan tiga faktor primer yang laik sebagai pembangun tubuh.
 |
Media sosial merupakan sarana kuat edukasi gerakan Melek Gizi. Akun resmi @Nutrisi_Bangsa |
Mengarifi asupan gizi
Pun, secara lugas, melalui makanan khas daerah asal kita diajak untuk mengarifi kembali cara kita memenuhi kebutuhan asupan gizi kita. Negara yang adidaya mutlak berbanding lurus dengan kualitas kesehatan penduduknya. Kesehatan penduduk berawal dari asupan makanan sebagai sumber gizi utama.
Hal ini menjawab perkara awal pembuka tulisan ini. Bahwa, perkara makanan tak semudah perkara pengucapannya. Makanan khas daerah asal kita akan membawa kita jauh ke belakang. Ke belakang untuk menilik kembali nilai-nilai luhur kearifan lokal yang tecermin dari makanan. Itu hanya permukaannya saja. Jauh lebih dalam, melalui makanan, kita akan sadar bahwa tak ada yang sia-sia yang telah diberikan oleh Bumi Pertiwi.
Bahwa benar, makanan merupakan bentuk kontemplasi diri akan nikmat Tuhan. Bahwa benar, bahwa melaui diversifikasi sumber makanan, kemajuan Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Tak mengherankan jika kemudian, pernah kita dengar, William Wongso menggunakan rendang sebagai bentuk diplomasi Indonesia. Bentuk diplomasi yang mencoba mendobrak kebiasaan umum. Diplomasi melalui makanan merupakan upaya edukatif untuk selebrasi program Ayo Melek Gizi! Mari, mari melek gizi! Angkat piring makan berisi makanan daerahmu tinggi-tinggi, wahai generasi penerus bangsa! J
[1] Penikmat kuliner asal Sidoarjo. Mahasiswa Program Keahlian Perkebunan Kelapa Sawit, Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Penerima beasiswa penuh SMART-Diploma Batch V/2011.
[2]Happy Salma Jualan Lontong Kupang
[5] Aplikasi proses hidrolisis enzimatis dan fermentasi dalam pengolahan condiment kupang putih (Corbula faba H.)