Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Nugget Ikan Teri, Si Mungil Bergizi Tinggi
Oleh ammalnr 06 Nov 2016
Sebagai seorang perempuan yang nantinya ingin jadi ibu yang baik, tentu saja ketika sudah resmi menyandang status ibu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Salah satunya adalah memenuhi asupan gizi bagi si kecil agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Apalagi saya pribadi yang seorang lulusan gizi tentu saja ingin menerapkan ilmu yang sudah saya dapat agar keluarga saya nanti selain menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah juga menjadi keluarga yang sehat :D
Salah satu masalah kesehatan yang menjadi program prioritas pemerintah dalam rangka upaya peningkatan status gizi masyarakat adalah penurunan prevalensi balita stunting (pendek). Balita dikatakan stunting (pendek) ketika status gizinya berdasarkan panjang atau tinggi badannya menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan apabila nilai z-scorenya kurang dari -3SD maka dikategorikan sangat pendek (sumber). Mungkin bagi orang awam agak pusing ya? Angka-angka apa sih itu? Kalau pengen tahu lebih dalam bisa kok kunsultasi sama saya. Hehehe :D
Nah untuk menurunkan prevalensi balita stunting, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri karena peran kita sangatlah dibutuhkan. Apalagi peran para calon ibu muda seperti kita-kita ini. Penyebab balita mengalami stunting bisa dari berbagai faktor salah satunya faktor status gizi para calon ibu. Wanita usia subur yang kekurangan asupan energi dan protein akan beresiko mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) yang ditandai dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Ibu hamil yang mengalami KEK akan beresiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500 gram. Apabila bayi dengan berat badan rendah tersebut tidak ditangani dengan baik, akan membawa risiko kematian, mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, dan dapat berisiko menjadi pendek.
Serem banget kan ya..
Ini lebih serem dari ruang tamunya calon ibu mertua :D
Nah, untuk mencegah jangan sampe kita-kita ini melahirkan bayi berat badan lahir rendah alias kata populernya prematur, maka dibutuhkan asupan gizi yang cukup. Tak perlu beli makanan yang mahal karena kita bisa memanfaatkan bahan makanan yang bisa kita dapatkan dengan mudah dan harganya terjangkau, yaitu ikan teri.
Kenapa ikan teri?
Ya itu tadi, karena mudah didapatkan (di abang sayur pasti ada) dan harganya murah. Selain itu, ikan teri walaupun ukurannya kecil tapi nilai gizinya segudang! Istilah gaulnya kecil-kecil cabe rawit. Mantaaapss!
Zat gizi yang terkandung dalam 100 gram ikan teri kering adalah 131 kalori, 20.4 gram protein, 4.8 gram lemak, 147 mg kalsium, 3.3 mg besi, 174 mg fosfor (sumber nilai gizi). Protein dan mineralnya bisa dibilang cukup tinggi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi para calon ibu.
Duh kalau ikan teri dimakan gitu aja kayaknya gimana gitu yah..
Tenang! Karena eh karena ikan teri bisa diolah menjadi nugget. Yap! Siapa sih yang tidak tahu nugget. Makanan olahan dengan bahan dasar daging/ikan ini bisa dinikmati sebagai lauk maupun makanan ringan.
Ini dia resepnya..
Bahan nugget ikan teri :
- 5 lembar roti tawar
- 100 cc susu cair
- 250 gram ikan teri kering (cuci sampai bersih)
- 1 sdt garam
- 75 gram bawang bombay
- ¼ sdt merica bubuk
- 2 siung bawang putih halus
- 1 butir telur ayam
- Minyak secukupnya untuk menggoreng
Bahan pelapis :
- 2 butir putih telur, kocok, sisihkan.
- 150 g tepung panir kasar
Cara membuat :
- Ambil roti tawar buang bagian tepi lalu rendam dalam susu cair hingga lembut.
- Panaskan minyak, tumis bawang bombay hingga layu.
- Campur roti tawar dengan telur, bawang bombay tumis, bawang putih halus, merica, garam, dan ikan teri, aduk hingga rata.
- Taruh adonan dalam cetakan/loyang persegi yang sebelumya sudah diolesi minyak goreng.
- Kukus adonan sampai matang, angkat lalu dinginkan.
- Potong sesuai selera, celupkan ke dalam telur kocok, lalu gulingkan ke dalam tepung panir.
- Goreng dalam minyak panas sampai berwarna kuning keemasan, angkat dan tiriskan.
- Nugget ikan teri bisa dinikmati bersama keluarga tercinta.
Mudah sekali kan membuat nugget ikan teri. Bahan-bahan pelengkapnya pun sangat mudah didapatkan. Alat-alat yang dibutuhkan juga tidak banyak, tidak perlu alat-alat yang mahal seperti mixer, blender, atau oven :D
Setelah nugget ikan teri ini diolah menjadi nugget, maka kita tidak perlu khawatir lagi dimana akan mendapatkan makanan yang sehat, aman, dan bergizi tinggi karena kita bisa membuatnya sendiri di rumah. Kalau asupan makan sehari-hari makanan yang seperti ini maka kita bisa bilang bye-bye deh sama KEK. Kalau status gizi kita sudah baik, maka sudah pasti kita semakin siap untuk menjadi seorang ibu. Tinggal nunggu calon ayahnya aja sih.
Selain buat kita para (calon) ibu, nugget ikan teri ini bisa kita berikan pada anak kita nanti ketika dia sudah bisa makan makanan keluarga. Anak kecil lebih menyukai makanan yang menarik warna dan bentuknya, dan mempunyai rasa yang enak. Nugget ikan teri ini bisa kita cetak dengan bentuk yang lucu-lucu sehingga anak akan lebih tertarik dan bersemangat untuk memakannya. Selain bisa berhemat, nugget ikan teri ini lebih aman karena tanpa bahan pengawet, pewarna, dan penguat rasa (misal : MSG) karena kita sendiri yang membuatnya.
Selamat mencoba di rumah ya!
Tulisan ini diikusertakan dalam lomba penulisan Jelajah Gizi 4: “Membedah Nilai Gizi Masakan Minahasa” yang diadakan oleh Sarihusada.