Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Pempek-Pempek, Mendunia dengan Rasa Indonesia
Oleh inatanaya 23 Sep 2015
Negeriku kaya akan rasa.
Hangat saat ada yang menyapa
Takjub saat menjelajahinya.
Rindu saat jauh darinya.
Negeriku kaya akan rasa.
Dan hatiku tak bisa melupakan rasa.
Aku telah jatuh cinta.
Pada semua rasa yang mengingatkanku
Rasa yang menyatukan.
Rasa Indonesia
Palembang sebagai ibukota dari Sumatera Selatan. Lebih dikenal orang dengan Suangi Musinya. Sungai Musi dan Jembatan Ampera menjadi kebanggaan warga dan ikon kota Palembang,Sumatera Selatan.Sungai Musi ini panjangnya 750 km, sebagai alat transportasi utama. Sungai Musi membelah Palembang menjadi dua bagian, bagian hulu, dan bagian hilir. Roda perekonomian mulai berdenyut di tempat Sungai Musi sejak pagi hingga malam hari. Sungai yang tak pernah sepi dari kegiataannya terlihat dari banyaknya perahu/kapal para nelayan bersandar dan berlayar , mondar-mandir di sepanjangan sungai Musi.
Bermula dari pengamatan seorang perantau Cina di Palembang pada abad ke-16 di saat kerajaan Sultan Badarudding berkuasa di Kesultanan Palembang Darussalam, yang melihat banyaknya hasil ikan dari para nelayan yang hanya digunakan untuk memasak dan menggorengnya.
Pengamat Cina tua yang berumur sekitar 65 tahun dan bgerasal di daerah Perkaitan, tepian sungai Musi prihatin melihat tangkapan ikan itu tidak optimal digunakan untuk pengolahan yang lain. Dia mulai membuat inovadi mengolah makanan dari ikan yang disebutnya “pempek-pempek”.
Asal kata pempek dari “apek” artinya lelaki tua keturunan Cina dan “koh” artinya lelaki mudah keturunan Cina. Diolahnya daging ikan dengan cara menggilingnya hingga halus, lalu dicampur dengan tepung tapioka. Hasil olahan itu dibentuk berbagai macam, ada yang panjang dan pipih disebut lenjer dan ada yang bentuknya bulat diisi dengan telor disebut adaan. Makanan baru ini dijajakan atau dititipkan kepada penjual keliling kota dengan bersepeda. Saat menjual, penjual meneriakkan ““pek…apek”, maka timbullah sebutan nama makanan ini sebagai “pempek-pempek”.
Rasa cita pempek-pempek pada awalnya sangat gurih dan bergizi tinggi karena terbuat dari ikan belida. Namun, pada perkembangannya, karena langka dan mahalnya ikan belida, maka diganti dengan ikan gabus, ikan putak, toman, tenggiri, kakap mereh,parang parang, ekor kunding dan ikan sebelah. Ada pula yang menggunkan ikan dencis, ikan lele serta ikan tuna putih. Meskipun diganti dengan jenis ikan tempati pempek-pempek Palembang ini mempunyai cita rasa spesifik yang luar biasa nikmatnya, gurih dan kenyal. Kandungan gizi pempek adalah omega dapat disantap sebagai menu utama atau camilan, disajikan dengan cara direbus atau digoreng sampai renyah dan garing.
Keberhasilan pembuatan pempek-pempek ini tergantung kepada cara mengadon pempek-pempek, komposisi, dan proses akhir dan pola penyajian. Ketika disajikan, pempek-pempek sisajikan dengan kuah hitam kecoklat-coklatan yagn disebut cuko, ditambah gula merah, udang ebi, dan cabe rawit yang ditumbuk, bawang putih dan garam.
Jenis pempek yang lain disebut Laksa, Tekwan, Celimpungan. Laksa dan Celimpungan disajikan dengan kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dengan kuah yang mengandung jamur kuping gajah, kepala udang, benkuang, serta ditaburi irisan daun bawang, seledri dan bawang goreng dan bumbu lain.
Pempek-pempek khas Palembang ini tidak hanya populer di Indonesia saja, tetapi sudah mendunia. Kementrian Perdagangan telah mempromosikan pempek dan kerupuk Palembang di World Explo Milan pada tanggal 1 Juni 2015 yang lalu. Ekspor pempek dan kerupuk Palembang sebagai realisasi dari Pemerintah Provinsi Palembang dalam menggerakan dan mempromosikan pempek dan krupuk Palembang sebagai produk kuliner global.
Mempromosikan potensi kuliner khas daerah Palembang ke sejumlah negara yang warganya banyak berkunjung ke Sumatera Selatan. Negara potensial pasar pariwisata kuiner yang menjadi target promosi adalah Malaysia, SIngapore dan Australia.
Sekarang bukan hanya warga Indoensia saja, tetapi warga dunia telah meniccipi pempek-pempke yang rasa asam, pedas, dan rempah lain seperti bawang putih, garam dan daun bawang menjadi ciri khas Indonesia. Tetapi ciri khas ini sudah mendunia karena gizinya yang tinggi dan rasanya yang pas dengan mereka yang menyukai rasa dengan kaya aroma lidah Indonesia. Yummy…....
Tulisan ini diikut-sertakan dalam Lomba Blog “Jelajah Gizi”