Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Ternyata Menyantap Ikan Tidak Selalu Digoreng, Loh!
Oleh Roma Pakpahan 06 Nov 2016
Indonesia merupakan negara yang dikelilingi lautan. Setiap tahun, hampir 15 ton ikan dihasilkan. Namun sangat disayangkan, hasil laut yang melimpah itu tidak dibarengi dengan jumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat. Padahal ikan memiliki begitu banyak manfaat, terutama bagi anak-anak. Kandungan Omega-3 pada ikan sangat baik dalam membantu perkembangan sel otak. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2014, konsumsi ikan Nasional Indonesia mencapai 38 kg/tahun. Tertinggal jauh dari Jepang yang mencapai angka 140 kg/tahun. Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan “Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan atau GEMARIKAN”.
Sebagai bentuk kepedulian pada Nutrisi Untuk Bangsa, maka Sarihusada, melalui kegiatannya Jelajah Gizi yang bertujuan mengenalkan keanekaragaman makanan khas daerah di nusantara. Kegiatan ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Pada kegiatan kali ini, daerah yang dipilih untuk kegiatan Jelajah Gizi adalah Propinsi Sulawesi Utara yang kaya dengan sumber daya laut. Kegiatan ini berlangsung di kabupaten Minahasa. Sehingga nama kegiatannya, yaitu Jelajah Gizi Minahasa.
Dulu, makanan berbahan dasar daging merupakan menu kesukaan keluarga kami. Ayah, ibu, kakak, saya, dan adik-adik. Kami kurang begitu suka mengonsumsi ikan. Alasan utamanya karena ikan bau amis yang cukup “menggangu” acara makan. Jadilah makanan berbahan daging selalu hadir di meja makan sebagai sajian makan sehari-hari. Kebiasaan tersebut terus berlanjut. Hingga suatu ketika, ayah dan ibu sering mengeluh sakit di bagian tengkuk. Dan ketika dilakukan pemeriksaan, ternyata kadar kolesterolnya tinggi.
Menurut dokter, naiknya kadar kolesterol karena pola makan tidak sehat, diantaranya terlalu sering mengonsumsi daging. Memang kolesterol sangat dibutuhkan tubuh untuk regenerasi sel-sel tubuh yang telah rusak agar organ-organ tubuh dapat berfungsi dengan normal. Namun jika terlalu tinggi kadarnya justru akan menggangu.
Fyi, terdapat 2 jenis kolesterol. Kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL). Keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Kolesterol jahat membawa kolesterol dari organ hati ke sel-sel yang membutuhkan. Sedangkan HDL membawa kembali kolesterol ke dalam organ hati. Kemudian kolesterol tersebut dihancurkan dan dikeluarkan tubuh melalui kotoran.
Dokter menyarankan untuk mengubah kebiasaan mengonsumsi daging. Untuk mencukupi kebutuhan protein, dapat diperoleh dengan mengonsumsi ikan. Sulit. Tetapi harus dilakukan mengingat pentingnya kesehatan. Dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah, banyak penyakit berbahaya dan mematikan yang siap bersarang di tubuh, diantaranya jantung dan stroke.
Karena pengalaman yang cukup “mengerikan” itu, sekarang kami lebih suka untuk menyantap ikan, terutama ikan laut. Karena ikan laut bau amisnya tidak terlalu menyengat. Untuk menyiasati bau amis, ibu memanfaatkan beraneka ragam bumbu. Ya, sejak dulu Indonesia kan tersohor sebagai bangsa yang kaya akan rempah-rempah. Nah, agar lebih bervariasi dan kami tidak bosan, ibu memasak dengan cara dipepes, pindang atau dibakar. Enak dan tidak bau amis lagi! Ternyata menyantap ikan tidak selalu harus digoreng, loh. Siapa bilang makan ikan itu tidak enak. Tergantung bagaimana kreativitas dalam pengolahannya saja. Terbukti sekarang kami tidak lagi “memusuhi” ikan. Justru sekarang ikan merupakan sahabat terbaik dalam menjaga kesehatan tubuh.
Beberapa waktu lalu, kami sekeluarga jalan-jalan. Momen kebersamaan yang mulai terasa langka. Karena sejak menikah, kakak tinggal berjauhan sehingga jarang bisa kumpul seperti ini, dalam formasi lengkap. Tidak mau membuang kesempatan, kami memutuskan untuk mengunjungi pantai Labuhan Jukung Krui. Menikmati suasana pantai sekaligus kulineran olahan laut.
Perjalanan dari rumah, memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Ketika memasuki daerah Krui, mulai terasa hawa laut dengan udaranya yang cukup panas. Berbanding terbalik dengan suasana tempat tinggal kami yang sejuk karena merupakan daerah perbukitan.
Kedatangan kami disambut patung ikan blue marlin, yang merupakan ikon Krui. Penduduk setempat menyebutnya dengan ikan tuhu. Sayangnya karena lalu lintas yang cukup ramai, saya tidak bisa mengambil foto patung tersebut.
Pertama yang kami cari adalah tempat makan, kebetulan sudah waktunya untuk makan siang. Kami menemukan sebuah tempat makan yang menyajikan aneka olahan ikan laut. Sambil menunggu pesanan makanan datang, kami bermain ombak di pinggir pantai. Ombaknya yang begitu besar. Demi keselamatan, pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang.
Pesanan pun datang. Kami segera menyantap hidangan yang disajikan. Aroma ikan bakar sungguh menggoda selera. Apalagi dengan suguhan pemandangan pantai yang indah dan suara deburan ombak. Tentu semakin semangat makannya. Tak perlu lama-lama, kami bertujuh menghabiskannya. Perut kenyang dan angin sepoi-sepoi, membuai mata kami.
Rasa kantuk menghampiri. Tapi kami mau melewatkan momen kebersamaan ini. Lalu kami pun kembali menyusuri pantai sambil mencari kulit kerang. Di pinggir pantai, terdapat sejumlah orang yang sedang asyik memancing. Udang kecil mereka jadikan sebagai umpan.
Oiya, menurut informasi dari penduduk setempat, ikan tuhu (blue marlin) merupakan hasil laut yang melimpah di Krui. Sehingga tak salah jika ikan blue marlin dijadikan sebagai ikon. Beraneka macam olahan ikan blue marlin tersedia, diantaranya sate, bakso. Tetapi perut kami tidak sanggup lagi untuk menampung makanan. Tunggu kedatangan kami berikutnya, ya.
Bahkan mungkin ada masyarakat Indonesia yang belum pernah mencicipi ikan blue marlin. Saya salah satunya. Penasaran juga bagaimana rasanya. Tapi saya cukup beruntung. Dalam perjalanan pulang, tak sengaja kami melihat seorang yang menjual ikan marlin di pinggir jalan. Ayah segera menghentikan mobil untuk membeli.
Sesampainya di rumah, ikan blue marlin tadi segera diolah untuk santapan makan malam. Rasanya? Enak, teksturnya lembut dan yang paling penting tidak amis. Sama seperti sedang memakan daging ayam. Penasaran? Buktikan sendiri ^^
Yuk, berkreasi dengan olahan ikan. Karena ikan itu, kaya manfaat, enak, mudah didapatkan, dan lagi lebih murah dibandingkan daging.
Selamat berkreasi.
Salam,
~RP~