Tanya Ahli

Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.

Belajar Menanggung Konsekuensi

Oleh Ety Budiharjo 28 May 2015


Sebenarnya saya tidak mengijinkan memelihara hewan di rumah, alasannya satu ; tidak punya waktu untuk merawatnya. Namun, dua minggu lalu Eyang Wahyu bertamu ke rumah. Seperti biasa, saya selalu meminta anak-anak untuk mencium tangan bila ada tamu yang datang. Demikian pula waktu Eyang Wahyu datang, anak-anak langsung berlari menyambut dan mencium tangan. Lalu, mereka pun duduk bersama dengan kami, acara ngobrolpun jadi sangat menyenangkan.


Kedatangan Eyang Wahyu bukan tanpa sebab. Ternyata beliau ingin menitipkan kelinci peliharaannya di rumah kami, karena Eyang Wahyu ingin ke luar kota. Jujur saja, saya sempet bingung gimana cara menolaknya karena saya tidak bisa merawat kelinci. Lagipula kami tidak memiliki halaman luas selain garasi mobil. Sepintas saya melihat guratan kekecewaan di mata anak-anak. Lalu, aku menyetujui permintaan Eyang Wahyu untuk merawat kelincinya sementara waktu. Wajah anak-anakpun langsung sumringah.


Keesokan harinya Rafa dan Bimo berbagi tugas untuk memelihara kelincinya. Ya, saya memang memberikan tugas pada mereka, karena merekalah yang menginginkan kelinci itu di sini. Saya mengajarkan bahwa mereka harus bertanggungjawab atas sesuatu yang mereka inginkan. Jadi bukan hanya “MAU” aja tapi “NGGAK MAU” dengan konsekuensinya. Karena konsekuensi ini dipikul berdua oleh Rafa dan Bimo, mereka jadi merasa ringan. “Ah, untung kita ngurus kelincinya berdua ya Kak,”ujar Bimo setelah memberi makan kelinci. “Kalau enggak, aku nggak sanggup deh,”lanjutnya lagi. Rafa pun tersenyum pertanda setuju.