Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Belajar Menanggung Konsekuensi
Oleh Ety Budiharjo 28 May 2015
Sebenarnya saya tidak mengijinkan memelihara hewan di rumah, alasannya satu ; tidak punya waktu untuk merawatnya. Namun, dua minggu lalu Eyang Wahyu bertamu ke rumah. Seperti biasa, saya selalu meminta anak-anak untuk mencium tangan bila ada tamu yang datang. Demikian pula waktu Eyang Wahyu datang, anak-anak langsung berlari menyambut dan mencium tangan. Lalu, mereka pun duduk bersama dengan kami, acara ngobrolpun jadi sangat menyenangkan.
Kedatangan Eyang Wahyu bukan tanpa sebab. Ternyata beliau ingin menitipkan kelinci peliharaannya di rumah kami, karena Eyang Wahyu ingin ke luar kota. Jujur saja, saya sempet bingung gimana cara menolaknya karena saya tidak bisa merawat kelinci. Lagipula kami tidak memiliki halaman luas selain garasi mobil. Sepintas saya melihat guratan kekecewaan di mata anak-anak. Lalu, aku menyetujui permintaan Eyang Wahyu untuk merawat kelincinya sementara waktu. Wajah anak-anakpun langsung sumringah.
Keesokan harinya Rafa dan Bimo berbagi tugas untuk memelihara kelincinya. Ya, saya memang memberikan tugas pada mereka, karena merekalah yang menginginkan kelinci itu di sini. Saya mengajarkan bahwa mereka harus bertanggungjawab atas sesuatu yang mereka inginkan. Jadi bukan hanya “MAU” aja tapi “NGGAK MAU” dengan konsekuensinya. Karena konsekuensi ini dipikul berdua oleh Rafa dan Bimo, mereka jadi merasa ringan. “Ah, untung kita ngurus kelincinya berdua ya Kak,”ujar Bimo setelah memberi makan kelinci. “Kalau enggak, aku nggak sanggup deh,”lanjutnya lagi. Rafa pun tersenyum pertanda setuju.