Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Berdua itu klasik
Oleh Beriyanti Oktavia 28 May 2015
“Berdua lebih baik daripada sendiri” istilah ini sudahlah biasa. Saya secara pribadi melihat bahwa pernyataan ini cukup klasik. Why?, sebuah pengalaman kecil ketika di kampung dulu mengingatkan saya akan istilah ini. Saya yang terlahir di kampung dan sudah biasa menikmati pekerjaan di ladang. Ya, saat itu saya dan adik saya sedang sibuk memetik kopi. Bukanlah hal yang gampang untuk memetik buah kopi-kopi itu dari pohonnya, kita butuh kesabaran dan ketelitian. Pohon kopi yang memiliki daun rimbun dengan buahnya yang bisa dikatakan cukup kecil itu akan sering tertutup oleh daun-daunnya, jadi memetik kopi haruslah dengan memeriksa setiap ranting-ranting yang dipenuhi daun, kita harus siap untuk aktivitas menjinjit, berdiri, jongkok, sampai duduk secara berulang-ulang untuk memastikan tidak adanya buah kopi yang tertinggal untuk dipetik. Nah, dengan situasi seperti ini, sambil memetik kopi, adik saya selalu mengomel dengan perkataan seperti ini “ini masih ada sisa, mata kamu dimana, ga lihat apa!”. Ketika omelan ini pertama kali keluar dari mulutnya saya hanya menjawab, “ambillah”. Kita pun berpindah ke kopi-kopi yang lain, omelan itu terus saja melayang kepada saya, pada akhirnya untuk omelan yang berkelanjutan itu, saya menjawab “itulah faedahnya mengapa kita berdua bersama memetik kopi, karena jika saya tidak melihat beberapa dari kopi tersembunyi ini untuk dipetik, maka kamulah yang melihatnya untuk dipetik”. Itulah sebabnya istilah diatas tadi klasik, sebab berdua akan menghasilkan sinergi saling melengkapi.