Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Bunda, Aku Terbang!
Oleh Wurnidiningsih 20 Dec 2016

Maret 2016, Hafidz genap berusia 1 tahun. Menemaninya dari hari ke hari membuatku terkagum-kagum. Begitu pesatnya tumbuh kembang Hafidz. Dari sesosok bayi mungil nan menggemaskan kini mulai tumbuh menjadi anak yang tidak bisa diam. Bahkan ketika dia belum bisa berjalan, hal yang paling disukainya adalah merangkak mengelilingi halaman rumah. Setiap pintu rumah terbuka, maka dengan cekatan dia langsung keluar. Kecepatan merangkaknya membuatku geleng-geleng kepala. Saya sampai berlari kecil untuk bisa mengimbangi kecepatannya.
Kadang jika pintu pagar terbuka, Hafidz akan segera keluar dan menuju jalan. Jika sudah begitu, saya langsung panik. Bagaimana tidak, ketertarikan Hafidz pada hal-hal baru demikian tinggi. Jika ada kendaraan bermotor melintas, Hafidz tidak menghindar. Yang dilakukan Hafidz adalah mendatangi kendaraan tersebut. Bisa terbayang bagaimana sang pengendara mengerem tiba-tiba demi melihat anak kecil merangkak menuju ke arahnya!
Di usinya yang menginjak tahun pertama, Hafidz mulai menantang dirinya untuk berdiri dan melangkahkan kakinya satu per satu. Sungguh lucu melihatnya ketika belajar berjalan. Saya pikir, Hafidz mempunyai teknik sendiri ketika belajar jalan. Dia akan berdiri pelan-pelan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Jika sudah berhasil berdiri, dia menggeser salah satu kakinya ke depan, dua tangannya direntangkan, dan membuat gerakan seperti akan terbang. Dan, hup! Hafidz melompat. Tentu saja hal itu membuatnya kembali jatuh. Tapi, Hafidz tak pernah bosan mencoba. Tak peduli seberapa seringnya dia jatuh, sesering itu pula dia bangkit. Jika dia berhasil melangkah, maka dia akan tertawa.
“Yeay, aku berhasil!” mungkin itu makna tawanya.
Sampai akhirnya semua usaha Hafidz terbayar. Dia bisa berjalan! Dan hal yang pertama kali dilakukannya adalah berjalan mengelilingi rumah sambil tak henti-hentinya tertawa. Selamat ya, Hafidz. Bunda bangga padamu, Nak.