Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Kakak Adik Terhebat
Oleh Lenny Lim 28 May 2015
Sebagai anak bungsu, ketika kecil aku kesepian. Disitulah aku berdoa mengharapkan seorang adik untuk menemaniku bermain. Tak perlu waktu lama bagi Tuhan untuk mengabulkannya. Dia memberikan sesosok bayi mungil cantik.
Sejak saat itu hari hariku disibukkan dengan membuatkan susu formula hingga membersihkan kotorannya.Tahun berlalu dan dia tumbuh menjadi remaja cerdas dan cantik. Umur kami yang terpaut 10 tahun ditambah perbedaan karakter seringkali membuat kami cekcok.
Meski begitu, kami saling melengkapi. Ketika jalan jalan misalnya, aku akan menentukan lokasi wisata dan dia memilih aktifitas yang dilakukan. Suatu saat ketika liburan di salah satu theme park, dia mengajakku untuk menaiki salah satu wahana yang menguji adrenaline padahal dia tahu aku takut akan hal hal tersebut.
Ketika kutolak, raut wajahnya berubah masam. Tak mau suasana liburan hancur, dengan berat hati, saya pun mengiyakan ajakannya. Ketika permainan hendak dimulai, perutku mual dan jantungku berdebar kencang. Dan benar saja, ketakutan saya yang terbesar mencuat seiring wahana permainan tersebut mengoncangkan tubuhku tak karuan. Aku menjadi satu satunya orang dewasa yang menjerit jerit hingga tak ada lagi suara yang keluar. Adikku yang sedari tadi kucengkram tangannya menertawaiku habis habisan.
Selesai bermain tersebut, aku mengomel ngomel kepadanya walaupun sebenarnya di lubuk hati saya berterima kasih dia telah “memaksaku” mencoba hal yang paling aku takutkan. Walau saya benci naik wahana tersebut, namun karena berdua, segalanya lebih baik.