Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Oct 2019
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Apr 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Nov 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 13 May 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 28 Apr 2016
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Aug 2015
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Mar 2017
Oleh Putri Ayu Ningrat 27 Mar 2017
Oleh Dewi Kartika Rahmayanti 27 Mar 2017
Oleh Nurhidayat 27 Mar 2017
Oleh Virgorini Dwi Fatayati 27 Mar 2017
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Jun 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 May 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 05 Nov 2015
Oleh Sofi Mahfudz 18 Oct 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 20 Jan 2015
Oleh Nutrisi Bangsa 11 Nov 2014
Oleh Nutrisi Bangsa 14 Jul 2014
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Momen Pasca Balita Si Bungsu
Oleh Muslifa Aseani 12 Dec 2016
Terlahir dengan gift ekstremitas tungkai membuat saya memberi perhatian berlebih pada si bungsu, 6 tahun di 31 Agustus tahun ini. Alhamdulillah, keputusan tidak mengoperasi tungkai kanannya selepas proses periksa setengah tahun lebih di usia 2 tahunnya dulu, memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang sesuai milestone umumnya anak-anak di masing-masing usia.
Keberanian saya memutuskan untuk tak mengikutkan si bungsu baik di play group atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) berlatar keinginan temani kesehariannya lebih sering dus intens.
Yup. Tiga tahun pertamanya, saya masih perempuan pekerja kantoran dengan jadwal kerja cukup padat. Ketika akhirnya resign, rasanya ingin menebus jam-jam kerja tersebut dengan sepenuhnya habiskan waktu bersamanya. Keputusan yang berbuah manis.
Debar bersama serta pelukan hangat, perayaan ia berhasil kayuh sepeda roda duanya untuk pertama kali dengan lancar. Keyakinan bahwa ia mampu langsung duduk di bangku sekolah dasar karena ia telah bisa membaca, meski interaksi eksternalnya sebatas teman mengaji, bukan di kelas sekolah formal (PAUD atau Taman Kanak-Kanak).
Alhamdulillah, kelas kecil di lingkungan sekolahnya membuatnya mampu beradaptasi dengan baik. Saya yang kadang masih suka harap-harap cemas, selalu menanti momen kepulangannya dari sekolah serta tak pernah bosan meminta dan mendengar cerita-cerita kesehariannya.
Lepas dari momen-momen H2C di aktifitas harian kelas, kembali saya was-was high level ketika ia laporkan akan pergi berenang bersama teman sekelas dengan pendampingan dari guru olahraganya. Wah, aman tidak ya? Nanti merepotkan teman-teman atau pak gurunya tidak ya?
Kami berdua bersemangat siapkan bekal ekstra dan saya sungguh tak sabar menunggunya segera pulang dan bercerita.
Alhamdulillah lagi, ia dapatkan pengalaman menyenangkan dan berkesan. Bahkan, outing bareng serupa akan rutin dilakukan sebulan sekali. MasyaAllah, sekarang saya sudah harus bersiap. Bungsu saya sudah ‘pasca’ balita. Ia siap menjadi siswa sekolah dasar.