Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Mar 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Jan 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 01 Nov 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 15 Aug 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 23 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 10 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 25 Sep 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Sep 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Jul 2018
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 01 Jun 2018
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Peran Nutrisi A-Z, Sang Penyelamat Dua Nyawa
Oleh Ridha_Alsadi 15 Mar 2012
Bersyukur, itulah hal paling pertama yang saya lakukan setiap kali terbangun di setiap paginya. Betapa Tuhan telah bermurah hati memberikan kesempatan untuk saya menjadi seorang wanita yang telah melewati beragam fase kehidupannya dengan sempurna. Terlahir, tumbuh, menjadi remaja, hingga menjadi dewasa, kemudian menjadi seorang istri lalu akhirnya menjadi seorang ibu. Tersadar bahwa nikmat yang diberikan-Nya begitu besar meski menemui berbagai rintangan dan tantangan dalam pencapaian menuju kesempurnaan itu.
Saat remaja, saya selalu ketakutan untuk memasuki fase kesempurnaan itu, mengingat fisik pemberian-Nya yang begitu imut kecil dan pendek juga beberapa penyakit dari almarhumah ibu yang mungkin saja memiliki prioritas untuk diturunkan dalam genku. Paradigma yang terlanjur terekam baik dibenak kebanyakan orang adalah wanita yang berpostur tubuh kecil dan memiliki keturunan berpenyakitan yang menurun sangat sulit untuk hamil dengan sehat seperti wanita-wanita normal lainnya. Namun lambat laun, saya belajar untuk percaya bahwa semua tergantung dari diri sendiri. Untuk menjadi wanita yang sehat dan mampu untuk menghasilkan generasi yang sehat tidak harus berpostur tubuh ideal dan berasal dari keluarga bebas penyakit. Dan berkat kepercayaan yang begitu kuat dibarengi dengan usaha yang giat, saya tak pernah mengalami masalah berarti. Hingga dua anak saya terlahir dengan selamat, sehat dan normal yang juga melalui persalinan normal semakin membuat saya percaya bahwa Tuhan adalah penentu segalanya. Bukan manusia apalagi hanya sebuah paradigma.
Namun ketika saya kembali diberi amanah anak di dalam kandungan untuk ketiga kalinya, ujian itu datang. Mual Muntah yang lazim dirasakan oleh para wanita hamil muda menyerang saya tanpa ampun. Sejak terbangun di pagi hari hingga tertidur kembali di malam hari, rasanya hanya itu satu-satunya aktivitas yang menyita segala waktu dan tenaga yang saya miliki. Parahnya, saya juga tidak bisa mengimbangi pengeluaran nutrisi dan cairan dengan masukannya karena saat mengalami hal itu, saya kesulitan untuk mengkonsumsi apapun selain air mineral.
Hyperemesis Gravidarum, inilah yang menyebabkan kondisi saya di awal kehamilan begitu mengkhawatirkan. Situasi kondisi kami saat itu juga tidak memungkinkan untuk merawat diri di rumah sakit seperti yang seharusnya dilakukan oleh setiap penderita hyperemesis gravidarum. Sehingga suami sebagai satu-satunya keluarga terdekat yang saya miliki saat itu benar-benar serius memikirkan langkah apa yang harus kami lakukan untuk menyelamatkan dua nyawa, istri juga calon anaknya yang ada dalam kandungan.
Makanan Sehat, Enak atau Tidak Harus Dikonsumsi
Sebelum hamil, saya termasuk wanita yang tidak pilih-pilih dalam hal makanan. Apa saja asal itu baik, sehat dan halal tentu saja. Namun saat hyperemesis gravidarum itu menyerang, saya kehilangan nafsu makan. Tepatnya tidak ada keinginan untuk mengkonsumsi makanan tertentu seperti yang biasa para wanita lakukan pada suaminya. Sang suami yang justru selalu berharap banyak agar saya meminta dirinya untuk menyediakan apa saja yang mau (bisa) saya makan ditengah ngidam berat itu. Sangat sulit, karena saya begitu membenci segala bau dan wangi. Namun suami yang begitu perhatian dan sayang kepada kami berdua, tak ingin istri dan calon anaknya tersiksa hingga ia begitu kuat memaksa saya untuk mengkonsumsi apa saja, baik itu makanan pokok atau selingan berupa kue, roti dan buah-buahan.
Setiap kali saya memuntahkan seluruh makanan yang baru saja saya telan, tiap kali itu juga, suami meminta saya kembali makan dan mengisi perut yang kosong. Setiap kali aya mengeluh tak enak, bau dan sebagainya, setiap kali itu juga suami dengan sabar meminta agar saya berusaha menahan demi anak yang sangat membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya di dalam kandungan. Meski lelah jiwa raga bahkan kesakitan tiap kali muntah, namun ingatan akan senyum dan tawa anak di dalam kandungan kelak jika ia terlahir, menjadi penyemangat yang begitu besar untuk terus bertahan dan berjuang.
Peran vitamin dan nutrisi herbal sebagai penjaga keseimbangan
Ketika makanan sehat yang dikonsumsi juga terus menerus keluar sebagai efek dari hyperemesis gravidarum yang tak kunjung reda itu, maka vitamin dan obat-obatan herbal seperti habbatussauda, madu, minyak zaitun dan sari kurmamengambil peran besar dalam menjaga keseimbangan tubuh saya hingga tak sampai roboh. Kekuatan ajaib dari vitamin dan aneka herbal yang mudah dikonsumsi dan cepat terurai sehingga menghasilkan nutrisi untuk saya dan si cabang bayi membuat kami mampu bertahan dan terus melawan hyperemesis itu agar segera pergi.
Susu Formula Ibu hamil, Pelengkap Nutrisi
Di saat menjalani dua kehamilan sebelumnya, saya memang selalu mengalami mual muntah berat namun tak sampai pada level hyperemesis gravidarum seperti pada kehamilan ketiga ini. Cukup mengkonsumsi salah satu susu bermerek yang diformulasikan khusus untuk ibu-ibu yang mual muntahnya berat seperti produk susu yang menambah nama emesis pada namanya, maka mual muntahnya bisa segera reda dan kembaki normal seperti sedia kala. Namun di saat menderita hyperemesis, efeknya juga begitu terasa saat ingin mengkonsumsi susu fomula untuk wanita hamil. Sufor yang sering di konsumsi di dua kehamilan menjadi salah satu yang paling tidak saya inginkan entah karena bau ataupun rasanya. Berkali-kali suami mencobakan berbagai produk yang lain, mulai yang harganya sangat terjangkau hingga sedikit mahal, tetap saja hasilnya nihil, selalu saya muntahkan bahkan ketika belum selesai meneguknya.
Sampai kemudian ketika pihak RS Bersalin tempat saya memeriksakan kandungan menghubungi saya dan mengatakan tentang salah satu label sufor yang baru saja mengeluarkan produknya khusus untuk wanita hamil yang ngidam atau mual muntahnya berat. Katanya, susu itu sedang dibagikan di rumah sakit sebagai perkenalan bagi semua ibu yang memeriksakan diri di tempat itu. Awalnya saya menyerah dan angkat tangan pada suami dan menegaskan bahwa hasilnya pasti akan sama saja. Namun suami yang memiliki naluri lebih peka untuk mencari yang terbaik untuk kami tanpa banyak babibu segera ke rumah sakit mengambil susu pembagian itu dan membawanya ke rumah. Ternyata susu itu sama saja dengan salah satu dari susu yang sudah pernah dicobakan oleh suami, hanya saja rasanya berbeda dari biasanya, bukan coklat, vanila atau strowberry. Susu produksi PT Sari Husada bermerek Lactamil yang tersaji dengan varian rasa baru yaitu mocca.
Alhamdulillah, ternyata sikap pesimis saya yang awalnya tidak ingin mencoba, hilang seketika. Aroma dan rasanya yang berbeda dari yang biasa saya konsumsi membuat saya kuat untuk meneguknya hingga tandas. Saya terus menyugesti diri sendiri agar susu itu tidak saya muntahkan demi anak saya, dan itu berhasil. Sejak saat itu, suami selalu menyediakan segelas susu lactamil mocca di tiap pagi dan sore hari dengan teratur. Meski sebenarnya saya tahu, apapun merek susunya, kalau asupan nutrisi dari makanan sudah cukup, maka semuanya bagus karena yang diambil hanya kalsiumnya saja, jadi tidak melulu harus sufor khusus ibu hamil. Namun karena kondisi saya yang kurang menerima asupan nutrisi dari makanan, sehingga sufor yang saya konsumsi memiliki peran yang tak kalah penting dalam menjaga asupan nutrisi saya dan sang bayi.
Setelah rutin mengkonsumsi sufor, hyperemesis gravidarum yang saya derita perlahan menghilang dengan sendirinya. Tanpa harus dirawat inap di rumah sakit seperti penderita lainnya.
Nutrisi Batin, Kekuatan Dari Suami Tercinta
Menyadari betapa sulitnya menjalani hari-hari sebagai wanita hamil yang menderita hyperemesis gravidarum, saya kembali tersenyum mengingat begitu gigihnya sang suami yang tak henti memacu semangat saya untuk terus sabar dan kuat menghadapi semuanya. Di balik dari segala nutrisi yang dengan susah payah ia sediakan untuk kami, apa yang ia lakukan sebenarnya bagian dari salah nutrisi yang tak kalah penting hingga kami bertiga, aku, suami dan si anak bisa melewati masa-masa sulit itu. Senyum, semangat dan kesabaran yang ia tunjukkan menjadi nutrisi batin yang menjadi pembakar semangat untuk tetap bertahan dan melakukan apa saja demi sang buah hati.
Nutrisi Iman, Nutrisi di Atas Segalanya
Kembali menunjukkan diri sebagai hamba yang beriman, maka kepercayaan dan keimanan kita atas-Nya adalah nutrisi yang terpenting dalam menjalani hari sebagai wanita yang sedang dititipkan amanah di dalam kandungannya. Tanpa nutrisi iman, maka nutrisi-nutrisi yang saling berkait dan mendukung satu sama lain seperti yang saya paparkan tadi tidak akan berpengaruh banyak pada diri dan juga si calon bayi. Karena hanya dengan percaya da meyakini bahwa kita diberikan amanah untuk diemban dan dijaga dengan sebagai mana mestinya oleh Tuhan, maka kita bisa terus berusaha melatih dan menjaga diri dengan baik, mengkonsumsi nutrisi yang baik, sehat dan seimbang demi diri sendiri terutama buah hati yang kelak akan kita lahirkan pada waktu yang telah ditetapkan-Nya.
Nutrisi A-Z, Penyelamat Dua Nyawa
Sempat ngeri setelah membaca salah satu artikel di blog detik health yang menceritakan tentang dua ibu di Amerika yang menderita Hyperemesis gravidarum seperti saya yang pada akhirnya memilih mengakhiri kehamilannya meskipun dengan berat hati hanya karena tak tahan dengan derita, mual muntah terus menerus, sulit makan minum yang benar-benar menguras tenaga juga air mata.
Ini kembali membuat saya tak henti bersyukur. Alhamdulillah, kembali Tuhan memberikan nikmat yang tiada terkira. Meski pernah mengalami hyperemesis gravidarum di awal kehamilan, hingga pernah diliputi kekhawatiran akan terlahirnya anak yang kurang gizi, cacat bahkan bahaya kehilangan nyawa untuk kami berdua, anak kami yang ketiga itu terlahir dengan sehat, sempurna dan normal. Demikian dengan keadaan saya yang segar bugar seperti sedia kala. Tuhan memang selalu punya rencana yang indah pada saatnya. Ia yang merencanakan, betapa berperannya nutrisi A-Z seperti yang saya paparkan satu persatu tadi hingga saya juga sang anak berhasil melewati satu fase penting itu dengan selamat.