Bunda, Sebelum Hamil Persiapkan Hal Ini
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 09 Mar 2021
Kapan Saat Tepat Memberikan Adik untuk Si Kecil?
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 07 Jan 2020
Persiapan Nutrisi untuk Calon Ibu
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 01 Nov 2018
Berat badan ideal sebelum hamil
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 15 Aug 2018
Pentingnya Asupan Folat untuk Persiapan Kehamilan
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 23 Nov 2021
Kenali Lebih Dekat Diabetes Gestasional dan Risikonya pada Kehamilan
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 10 Nov 2021
Yuk, Kenali Risiko Kehamilan di Atas Usia 30an
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 06 Nov 2021
Gizi yang Perlu Dikonsumsi Usai Melahirkan
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jul 2020
Bayi membutuhkan zat besi
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 25 Sep 2018
Kembali ke berat badan sebelum hamil
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Sep 2018
Pola makan selama menyusui
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 30 Jul 2018
Mudik nyaman untuk ibu menyusui
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 01 Jun 2018
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Pengaruh Penggunaan Obat dalam Masa Menyusui
Oleh Inova Gusmelia 14 May 2012
Tata kehidupan modern pada dasarnya ingin meningkatkan harkat hidup manusia ke taraf yang lebih baik. Hal ini juga mempengaruhi kebiasaan ibu menyusui yang sudah semakin bijak dalam memilih jalan terbaik dalam memberikan ASI pada bayi. Namun sejalan dengan arus modernisasi, juga diperkenalkan berbagai bahan baru & menarik, misalnya obat-obatan yang mana tanpa terkecuali termasuk ibu yang sedang menyusui, tidak dapat menghindarkan diri dari penggunaan obat ini. Penggunaan / pemberian obat pada masa menyusui memungkinkan risiko yang ditimbulkan pada bayi oleh obat yang terdapat dalam air susu. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengaruh penggunaan obat dalam masa menyusui.
FARMAKOKINETIK OBAT PADA IBU
Proses Farmakokinetik adalah proses yang menentukan cepat, konsentrasi, dan lamanya obat terdapat di dalam “target organ”. Proses farmakokinetik terbagi atas 3 komponen, yaitu : absorpsi, distribusi, dan eliminasi.
EKSKRESI OBAT KE DALAM ASI
Ada 4 mekanisme penting obat dapat sampai (permeasi) ke dalam ASI, yaitu :
1. Difusi Pasif
Berlangsung berdasarkan perbedaan konsentrasi pada kedua sisi barier, berupa cairan atau lemak. Difusi terjadi melalui pori-pori kecil pada membran sel, menyebabkan hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul kecil saja, seperti metanol. Kecuali pada pembuluh darah kapiler dan limfe yang memiliki pori-pori cukup besar sehingga dapat dilalui oleh molekul yang cukup besar. Obat larut dalam air melewati barier cairan, sedangkan obat larut lemak melewati membran yang terdiri dari lipid.
2. Difusi dg bantuan karier khusus
Yang bertindak sebagai karier adalah enzim – enzim atau protein tertentu. Terjadi melalui perbedaan konsentrasi atau konsentrasi yg sama pada kedua sisi barier. Lebih menentukan perbedaan aktifitas kimia suatu bahan pada kedua sisi barier. Bahan yg berdifusi dg cairan ini umumnya mudah larut dalam air, tetapi terlalu besar untuk melalui pori – pori dari membran.
3. Difusi aktif
Memerlukan energi untuk transpor, karena menuju daerah dg konsentrasi tinggi. Menggunakan energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium, magnesium, dan natrium.
4. Pinositosis atau kebalikannya
Pada pinositosis, obat melekat pada dinding sel, kemudian mengalami invaginasi atau evaginasi. Dinding sel & obat memisahkan diri, sehingga obat dapat masuk atau keluar sel. Pinositosis menggunakan molekul yang sangat besar & protein tidak berdifusi secara pasif, aktif, atau dengan bantuan karier. pH lingkungan & derajat ionisasi obat, sifat obat basa atau lemah, tingkat kelarutan, menentukan kesanggupan difusi yang berbeda.
PROSES FARMAKOKINETIS PADA BAYI
Proses farmakokinetik pada bayi pada dasarnya sama dengan proses farmakokinetik pada orang dewasa dengan beberapa perbedaan – perbedaan yang disebabkan oleh immaturitas organ – organ yang membawa berbagai perbedaan fungsional.
ABSORBSI OBAT PADA BAYI
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam peristiwa absorpsi obat pada bayi, yaitu :
1. Aliran darah pada tempat pemberian obat
Masa otot yang kecil serta aliran darah mudah terganggu akan menyebabkan obat yang diberikan tetap tinggal pada tempat pemberian, karena tidak atau sedikit sekali yang mengalami absorpsi.
2. Fungsi gastrointestinal bayi
Dalam 24 jam pertama setelah lahir terjadi peningkatan keasaman lambung yang tajam, sehingga obat yang tidak tahan asam mudah mengalami kerusakan.Waktu pengosongan lambung bayi yang lambat (6-8jam), menyebabkan obat yang diserap di lambung, hampir seluruhnya akan diserap. Sedangkan yang diserap di usus halus, penyerapan lebih lambat dari seharusnya. Peristaltik usus pada bayi tidak teratur / lambat, mengakibatkan absorpsi obat meningkat Peristaltik usus meningkat, mengakibatkan absorpsi menurun.
DISTRIBUSI OBAT PADA BAYI
Volume cairan tubuh sangat menentukan distribusi obat, terutama cairan ekstraseluler. Cadangan cairan pada bayi normal 75%, dan bayi prematur 87%. Di samping cairan tubuh, cairan lemak bayi normal 15%, dan bayi prematur 1%. Hal ini menyebabkan bayi prematur hanya dapat menyimpan obat yang mudah larut lemak dari pada bayi normal (genap bulan).
METABOLISME OBAT PADA BAYI
Metabolisme obat sebagian besar terjadi dalam hepar. Pada bayi fungsi metabolime ini masih rendah karena antifitas enzim hepar juga masih rendah. Semakin tua usia bayi, maka makin matur fungsi hepar. Oleh karena itu, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi ini.
EKSKRESI OBAT PADA BAYI
Filtrasi Glomerulus berperan dalam eksresi obat. Daya filtrasi pada bayi semakin meningkat pada usia 6-12 bulan mencapai filtrasi orang dewasa. Pada anak yang sakit, fungsi filtrasi berkembang lebih lambat dari seharusnya hingga pengaturan dosis dan jangka waktu pemberian obat akan menjadi lebih sulit.
PEMBERIAN OBAT DALAM MASA LAKTASI
Secara umum, sebagian besar obat dapat disekresikan melalui air susu ibu, tetapi dalam jumlah kecil hingga jumlah yang diterima bayi dalam sehari umumnya masih lebih rendah dosis terapeutiknya. Walaupun demikian, obat yang diberikan kepada ibu hendaknya dipilih yang relatif aman, serta diberikan paling lambat 30-60 menit setelah menyusui atau 3-4 jam sebelum ibu menyusui yang berikutnya, agar diperoleh ekskresi dalam air susu yang terendah.
OBAT YANG TIDAK BERPENGARUH PADA BAYI / BOLEH DIGUNAKAN
• Antikoagulan – warfarin
• Sulfonamide, kecuali pd bayi dg defisiensi G-6-PD.
• Antimalaria ; pirimetamin, dapson, sulfadoksin.
• Metronidazol
• Antiinflamasi
• Aspirin dosis rendah
• Antikonvulsan ; natrium valproat, karbamazepin, etosuksimid.
• Labelatol, verapamil, hidralazin.
• Antibiotika.
OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
• Antikoagulan ; fenindion & etilbiskumasetat, menyebabkan kekurangan protrombin pd bayi.
• Tetrasiklin & aminoglikosida, menyebabkan pewarnaan gigi, gangguan pertumbuhan tulang, flora usus bayi.
• Kloramfenikol, toksisitas pd bayi.
• Penisilin, menyebabkan anafilaksis.
• Ampisilin, menyebabkan diare & kandidiasis pd bayi.
• Antituberkulosis ; INH, menyebabkan defisiensi piridoksin pd bayi.
• Siklofosfamid, metotreksat, & obat antineoplastik/imunosupresif, kontraindikasi dlm masa menyusui.
• Aspirin dosis tinggi, mempengaruhi trombosit bayi.
• Barbiturat, diazepam, antihistaminika menimbulkan gejala depresi pd bayi.
• Primidon, menimbulkan depresi susunan saraf pusat pd bayi.
• Heroin dosis tinggi, menyebabkan koma pd bayi.
• Petidin, mengganggu susunan saraf pusat.
• Amitriptilin & nortriptilin, efek farmakologik pd bayi.
• Klorpromazin, menyebabkan pusing & letargi pd bayi.
• Alkohol, menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
• Teofilin, menyebabkan iritabilitas pd bayi.
• Estrogen dosis tinggi, menyebabkan penurunan produksi air susu, poliferasi dan epitel vagina pd bayi perempuan & ginekomastia pd bayi laki-laki.
• Antiaritmia & amiodaron, menyebabkan brakardia pd bayi.
• Alkaloid ergot, menimbulkan gejala intoksikasi ergot.
• Derivat antrakinon & fenoltalein, menyebabkan diare pd bayi.
KESIMPULAN
Hanya obat yang sangat diperlukan saja yang boleh diberikan pada ibu menyusui. Bila usia bayi kurang dari 1 bulan, atau bayi lahir prematur, pemberian obat pada ibu sedapat mungkin dihindari. Keputusan untuk memberikan atau tidak memberikan obat sangat tergantung pada klinikus, dengan mempertimbangkan keuntungan pengobatan dan dampak kerugian pada bayi.
REFERENSI
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Suryawati, Sri. 1995. Penggunaan Obat dalam Masa Menyusui. Obat dan Pengobatan, Tahun VII, No. 2, Oktober 1995, hal. 1-3.