Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 29 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 23 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 19 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Nov 2021
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Kembali Ke 4 Sehat 5 Sempurna
Oleh febriani 22 Feb 2012
Menjadi ibu yang bertanggung jawab mengatur makanan untuk seisi rumah bukanlah hal mudah. Ditengah bombardir berbagai makanan cepat saji, makanan berpengawet, penyedap rasa, pemanis buatan, segala macam zat pewarna, boraks, formalin, dan semua yang menurut saya cukup mengerikan (mengingat mereka masuk kedalam perut kita), tugas saya -dan semua ibu atau calon ibu- tentu menjadi semakin berat. Apalagi bagi saya dan teman-teman ibu yang juga bekerja diluar rumah.
Sewaktu lajang, saya bukan tipe perempuan yang picky dalam hal makanan. Semua bisa masuk ke perut saya mulai dari mie instan, makanan ringan, chinese food, fast food, minuman bersoda, dan juga beberapa gelas kopi (per hari) yang telah menjadi kebiasaan. Semua serba instan, cepat tersaji diatas meja makan saya dan suami, dan lebih cepat juga habisnya, he he.. Namun ketika positif mengandung, saya mulai ‘tergerak’ untuk memperhatikan dan menjaga ‘benda-benda’ yang masuk kedalam perut, karena keberadaan si kecil didalam kandungan saya yang membutuhkan makanan sehat dan bergizi untuk tumbuh dengan baik dan maksimal.
Beruntung saya kontrol di dokter kandungan yang bersedia menjawab ketakutan, (maklum seumur hidup baru sekali itu hamil) tentang bagaimana memastikan bahwa janin didalam rahim saya tidak akan kekurangan nutrisi yang penting untuk pertumbuhannya, dan apakah saya sendiri sebagai ibunya sudah menjalankan pola gizi seimbang atau belum. Dokter itu paham dengan kecemasan saya, dan saya diingatkan untuk tidak terlalu khawatir. Ternyata, perasaan cemas justru akan menimbulkan efek negatif bagi calon bayi saya.
Ketika kita mengandung, tubuh membutuhkan tambahan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin agar bisa berkembang dengan baik. Dokter menganjurkan agar saya mengikuti pola makan 4 sehat dan 5 sempurna, dalam porsi yang pelan-pelan menjadi lebih besar (sekitar 15-30%) mengikuti perkembangan dari bulan ke bulan. Juga untuk mengurangi kafein, penyedap rasa, dan makanan-makanan tidak bergizi lain yang sebelumnya sering sekali saya konsumsi.
Yang dimaksud dengan 4 sehat 5 sempurna itu adalah:
1) Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, seperti nasi, kentang, mie, roti, dll.
2) Lauk pauk sebagai sumber protein (hewani maupun nabati), seperti daging, tahu, tempe, telur, dan ikan.
3) dan 4) Sayur dan buah sebagai sumber serat dan vitamin yang diperlukan tubuh.
5) Susu, sebagai pelengkap gizi keluarga.
Menyadari bahwa pola makan 4 sehat terkadang tidak terpenuhi setiap harinya, maka saya memilih susu khusus ibu hamil yang dilengkapi gizi tambahan bagi janin didalam kandungan. Ternyata banyak diantara teman perempuan saya yang sudah mengkonsumsi susu ibu hamil, sebelum mereka positif mengandung. Ketika saya tanyakan ke Dokter apa fungsinya, katanya memang ada beberapa zat yang terkandung didalam susu ibu hamil bisa menunjang dan memperbaiki kondisi tubuh dan kesuburan perempuan, walaupun tidak 100% menjamin kehamilan.
Sembilan bulan berlalu, waktu untuk melahirkan tiba. Sesaat setelah si kecil berada didalam pelukan, saya mulai memberikan ASI sesuai anjuran dokter. Ternyata benar apa yang dikatakan teman-teman saya yang telah lebih dulu menjadi ibu. Menyusui itu nikmat sekali, dan seketika menciptakan bonding antara saya dengan si kecil. Demi membuat moment menyusui ini berlangsung terus-menerus, saya mulai mencari tahu jenis-jenis makanan yang baik untuk produksi ASI, menjaga pola gizi seimbang dan tentu saja mengkonsumsi susu khusus untuk ibu menyusui.
Seiring dengan waktu, saya mulai memperkaya pengetahuan mengenai berbagai jenis sayuran, daging, ikan, dan buah-buahan dan kandungan nutrisi mereka yang bermanfaat bagi tubuh. Ketika berbagai produk susu mulai dari yang mahal hingga murah banyak sekali beredar di pasar, saya tidak dengan gegabah memilih susu mahal hanya karena pengakuannya sebagai pemilik gizi paling lengkap. Justru saya semakin gencar mencari tahu makanan apa yang memiliki kandungan gizi sama (misalnya DHA, zat besi, kalori tinggi, dll) untuk si kecil, dan belajar melihat label di setiap kemasan susu untuk mendapatkan pengetahuan tentang kandungan gizinya.
Kebiasaan menjaga pola makan 4 sehat 5 sempurna itu masih berlaku hingga sekarang. Dalam menyiapkan makanan untuk keluarga sehari-hari, sebisa mungkin saya menghindari penyedap rasa, bumbu instan, atau makanan beku yang berpengawet. Hanya sesekali saja kami membuat mi instan, dan si kecil yang kini hampir berusia 3 tahun tidak pernah merengek meminta makanan ringan yang berjejer-jejer di supermarket. Justru dia sangat menikmati bentuk makanan ringan home-made seperti buah potong, puding susu, atau nugget sayur buatan mamanya.
Sebagai ibu yang terus-menerus ‘diteror’ oleh berbagai bentuk makanan yang bukan saja tidak bergizi namun terkadang justru buruk untuk kesehatan anak dan keluarga, saya rasa yang paling penting adalah tidak berhenti mencari informasi dan tidak akan menyerah. Hingga kini saya masih tetap berpegang teguh pada prinsip 4 sehat dan 5 sempurna bersama susu sebagai pelengkap gizi keluarga. Jika bukan kita, perempuan dan para ibu atau calon ibu, yang memulai pola makan sehat dengan gizi seimbang, lantas siapa lagi yang menjaga kesehatan keluarga?
* * *
Blog ini turut meramaikan Blog Writing Competition yang diselenggarakan oleh Sari Husada “Nutrisi Untuk Bangsa” dengan tema: “Kesehatan Bunda, Kesehatan Kita” ..
febriani
24 Feb 2012 12:51
Hai hai.. thank you ya comment dan infonya.. Saya jadi search tentang 13 prinsip gizi seimbang, tapi blog diatas murni share pengalaman saya ketika hamil dan saran dari dokter waktu itu.. makasih ya..
Erni Rukmana
23 Feb 2012 10:21
Mb febri...maaf sebelumnya hanya memberikan info saja. untuk 4 sehat 5 sempurna kurang penjelasan lanjut tentang asupan gizi, sekarang gerakan 13 prinsip gizi seimbang...hehe .