Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 29 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 23 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 19 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Nov 2021
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Pelukan, Senyuman dan Calon Pemimpin Masa Depan
Oleh Elisa Koraag 21 Oct 2013
Si Kakak ingin menjadi tentara dan si adik ingin menjadi dokter. Dua profesi mulia yang tentu saja sebagai orangtua akan saya dukung penuh. Tapi jalan mewujudkan kedua cita-cita itu masih panjang. Banyak bekal yang harus saya dan suami siapkan agar, apa yang dicita-citakan kedua anak kami terwujud.
Orangtua selalu berharap dan mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ibarat kata, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, akan dilakukan demi memberikan dan memfasilitasi kebutuhan anak agar menjadi anak dengan kepribadian yang unggul. Menciptakan kepribadian anak yang unggul tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Orangtua adalah pendidik pertama dan yang utama. Walau seiring usianya anak memerlukan bantuan orang lain dalam hal ini sekolah. Tapi orangtua tetap mempunyai peran penting dalam mempersiapkan dan menumbuhkan semua hal baik dalam diri anak.
3. Hal utama yang selalu saya tekankan dalam mengasuh kedua anak saya adalah:
1. Bersyukur, saya selalu mengajar kedua anak saya untuk memulai hari dengan bedoa mensyukuri napas kehidupan yang masih melekat dalam raga. Bersyukur untuk semua yang sudah kami miliki. (Memiliki keluarga, memiliki orangtua, memiliki saudara, memiliki makanan, memiliki rumah dan memiliki kebahagiaan). Bersyukur juga cara mudah mengenalkan anak pada agama dan keyakinan kepada Tuhan.
2. Berdisiplin, adalah bagian dalam keseharian. Melatih disiplin adalah membiasakan memahami dan mantaati kesepakatan aturan yang di buat. Makan, mandi, main, belajar, membaca buku, menonton tv semua ada waktunya.
3. Jujur dan terbuka, melatih anak mengungkapkan apa yang dirasa, dilihat, didengar dan dipikir. Saya dan suami mengijinkan anak menanyakan semua hal yang ingin ditanyakan. Kami berusaha menjawab semua keingintahuan mereka. Berani mengungkapkan perasaan, melatih anak jujur dengan dirinya sendiri.
Jika ditanya, apa sih harapan saya sebagai ibu/orangtua atas masing-masing anak. Rasanya saya tak punya jawaban satu kata. Karena saya akan menjawab, apa saja asalkan mereka bahagia. Tapi kalau mengikuti ego sebagai orangtua, saya ingin mereka menjadi hebat di bidang tertentu. Bidang apa? Kembali pada pilihan mereka. Lalu apa yang saya siapkan agar mereka ahli di bidang yang kelak di pilih. Saya mempersiapkan semua hal dasar.
1. Memberikan makanan sehat dan bergizi.
Saya memberikan ASI, sebagai bagian persiapan tumbuh kembang mereka. Yang diikuti tahapan pemberian makanan pendamping ASI yang saya buat sendiri dengan bahan-bahan segar. Awalnya memenag merepotkan dan melelahkan, apalagi saya ibu bekerja. Tapi saya memiliki suami yang sangat kooperatif. Kami bersama-sama belajar, karena itu suami sayapun terampil membuat makanan dan memberi makan anak-anak.
Sehingga ketika saya keluar kota, meninggalkan anak pada suami bukanlah sebauh beban berat. Karena saya tahu anak-anak ada pada orang yang bisa dipercaya. Sejak kedua anak saya bisa mengunyah makanan kasar, saya sudah mengenalkannya pada aneka sayur dan buah. Mulanya memang sulit. Dan sama dengan kebanayakan orangtua, saya juga melewati proses menghadapi anak sulit makan. Tapi seiring waktu semua dapat saya lalui
2. Fasilitas pendidikan.
Selain memasukan mereka pada sekolah yang memenuhi standar institusi pendidikan yang baik, saya dan suami juga memberikan banyak stimulus pada kedua anak kami. Lewat pengenalan langsung pada alam, Tamasya bersama adalah salah satu kesempatan mengajarkan mereka pada dunia yang lebih luas. Selain mengenal alam dan lingkungan, juga melatih nmereka berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Penjual mainan, penjualan makana kecil, pelayan restaurant, satpam, penjaga parkir dll. Kami kerap mengajar anak-anak berkomunikasi dengan siapa saja tanpa membedakan strata sosial. Tapi kami tetap mennekankan perlu lebih banyak mendengar dan menghormati yang lebih tua.
Mengajak anak-anak ke panti asuhan, mengajar mereka berbagi dan peduli pada sesama. Belajar merasakan kondisi orang lain yang tidak seberuntung kedua anak saya. Lewat pengamen di bis kota saya mengajar anak memperhatikan, mengevaluasi dan memutuskan. Ada beberapa pengamen yang bernyanyi dengan baik, berpenampilan rapih dan bersih. Juga bertutur sopan. Tapi ada yang berantakan, berkata setengah mengancam, bernyanyi asal-asalan. Kedua anak saya sudah tahu, kemana sebagian uang saku akan mereka berikan.
Bahkan dengan sepengetahuan kedua anak saya, saya pernah mengajak pengamen untuk bernyanyi di salah satu kegiatan yang saya buat. Saya katakana pada kedua anak saya, kita wajib memberikan kesempatan mereka yang mau berusaha untuk mendapat kesempatan yang lebih baik agar bisa mendapatkan uang lebih banyak untuk keluarga mereka.
3. Senyum, Pelukan dan Dua kata ajaib
Senyum adalah bahasa universal. Saya sebisa mungkin mengkondisiklan situasi yang menyenangkan pada anak-anak, sehingga selalu ada senyum di wajah mereka. Senyum adalah bahasa universal. Selelah apapun, jika mendapatkan senyum, apalagi dari orang yang kita sayangi, rasa lelah itu serasa terhapus.
Begitu juga dengan pelukan. Mendapat pelukan bagaikan mendapat suntikan energi baru. Saya membiasakan memeluk dan menyentuh kedua anak saya, sehingga mereka menjadi pribadi-probadi terbuka yang bahagia. Karena sentuhan dan senyuman mampu menebarkan pesona bahagia. Saya juga mengatakan pada anak-anak senyum dapat menjadi permulaan semangat. Selain senyum dua kata ajaib juga harus selalu ada dalam setiap kesempatan yaitu kata “tolong” dan “terima kasih”.
4. Mengenali bakat dan minat anak. Bakat adalah talenta yang dimiliki setiap individu berdasarkan keturunan dari orangtua. Minat adalah segala sesuatu yang disukai individu karena lingkungan. Ini hal penting yang sudah saya pelajari sejak anak-anak masih dalam kandungan. Sejak mereka lahir, saya dan suami memberikan semua stimulus yang mampu kami berikan. Kami terbiasa memberikan mereka aneka permainan yang kami buat sendiri dari kotak-kotak bekas pasta gigi atau kotak bekas kemasan kosmetik. Kami juga memanfaatkan kertas tebal bekas kelendar dinding.
Melipat dan membentuk lalu mengembangkan imajinasi anak-anak dengan mengumpamakan kotak-kotak itu sebagai cermin, sebagai kotak perhiasan, dll. Kertas kalendar menjadi tempat anak-anak mengekpresikan dengan pensil warna dan spidol. Saya membeli banyak buku ketrampilan melipat dan menggambar, yang saya praktekan bersama dengan anak-anak.
Kedua anak saya bisa bermain dengan apa saja, tanpa harus ada mainan dalam bentuk mainan. Batal guling bisa menjadi boneka. Kain alas tidur bisa menjadi layar perahu. Tali raffia, bisa menjadi pagar pembatas. Kadang-kadang sepatu-sepatu saya menjadi ikan-ikan di lautan dan tempat tidur kami adalah perahu besar. Saya percaya kemampuan berimajinasi akan membantu mereka berpikir kreatif.
Sejak merka dalam kandungan, saya suka bernyanyi, walau suara saya tidak merdu dan suami saya kerap memutarkan lagu-lagu klasik pengantar tidur. Ketika mereka sudah bisa berbicara, saya melatih sendiri lagu-lagu anak-anak yang saya kuasai. Mulai dari Potong bebek Angsa, sampai Bermain laying-layang.
Ternyata tanpa saya sadari, bekal yang saya berikan membuat keduanya selalu menonjol dan menjadi yang utama di mana mereka berada. Karena setiap ada kesempatan bernyanyi atau bercerita, kedua anak saya akan maju dan memperlihatkan apa yang merka mampu lakukan. Hal lain yang juga saya amati, keduanya mempunyai minat yang baik dalam bersosialisasi. Si kakak sangat peduli dan perhatian pada anak-anak yang lebih kecil dari dirinya. Jika kami makan di restaurant, si kakak bisa mengambil hati anak dari salah pengunjung restaurant yang rewrl. Dengan bercanda yang tadi anak kecil itu rewel, kini tertawa senang dan orangtuanya bisa makan.
Si Kakak adalah anak yang pemalu, ia tidak seberani si adik tapi ketika ia duduk di kelas VI SD, kami melatih ekstra keras dalam hal penguasaan materi UAS dan kesiapannya menjadi pelajar SMP sehingga lulus dengan nilai baik dan masuk diperingkat ketiga, membuat si Kakak lebih percaya diri.
Kami mengajak kakak berkomitmen dalam belajar dan membuat jadwal berdasarkan kesempatakan dengan kakak. Belajar satu jam, ia boleh nonton tv 30 menit. Atau baca buku setengah buku bleh nonton tv 30 menit. Atau belajar sambil mendengar music. Bahkan di luar dugaan kami si kakak terpilih sebagai peserta MOS terbaik, lalu menjadi salah satu pengurus OSIS dan berhak mengikuti Latihan Dasar Kepimimpinan.
Mulanya saya tidak percaya, ternyata pendekatan pribadi dan pujian yang memotivasi mampu membuat si Kakak keluar dari “cangkangnya”. Selama ini ia berada di balik prestasi si Adik yang memang selalu masuk di 5 besar dalam pendidikan akademi dan segudang prestasi lainnya (menari, komputer, melukis dan menari). Tapi ketika si Kakak masuk SMP dan terpilih sebagai pelajar dengan nilai pelajaran agama tertinggi satu sekolah. Sebagai contoh praktek toleransi terbaik. Sebagai pelajar beragama kristen, si kakak pandai menenpatkan diri. Sehingga si kakak dipercaya untuk belanja kambing pada peringatan Idul Qurban kemarin (2013)
Sementara si adik, yang selalu mencontoh si kakak, prestasinya melampau si kakak. Saat ini si adik termasuk lima besar dalam English Club dengan kemampuan percakapan yang baik. Padahal keempat kawannya yang lain, besar dan sempat bersekolah di Singapura, di Jerman, di Amerika dan di Malaysia. Hanya anak saya yang lahir dan besar di Jakarta. Keberaniannya si bungsu bercakap-cakap dalam bahas Inggris, awalnya agak mengganggu saya. Karena dengan cerewetnya ia akan bertanya, ini artinya apa, dipakai dalam kalimat yang bagaimana? Ketrampilannya mengoperasikan komputer juga membuat ia pandai menggunakan google translate.
Dan tanpa sadar, kami kerap bercakap-cakap dalam bahasa Inggris saat bersantai di tempat tidur. Saya terkejut ketika bertemu dalam pertemuan orangtua murid dan sekolah. Nama si Bungsu disebut sebagai anak dengan prestasi yang paling progresif terutama dalam bahasa Inggris. Ada rasa bangga yang membuncah di dada ini.
Masih panjang perjalanan saya dan suami sebagai orangtua dalam mendampingi anak-anak ke masa depan. Tapi kami percaya apa yang kami berikan akan berguna bagi kemampuan mereka beradaptasi dimasyarakat dan menjadi pemimpin. Dan sementara ini, kami akan terus mendampingi, memfasilitasi, membimbing dan mengarahkan mereka agar menjadi yang terbaik. Kami jujga menyakini, bertukar energi lewat sentuhan, pelukan dan senyuman akan selalu menghangatkan jiwa mereka. Karena yang utamanya saya ingin mereka tahu mereka dicintai dengan sepenuh hati dari kami, orangtuanya. Apapun yang terjadi pada mereka, sebagai orangtua, kami berusaha untuk ada dan mendampingi. Karena mereka adalah aset titipan yang karena itu mewajibkan kami untuk menjaga mereka dengan baik.
Elisa Koraag
22 Oct 2013 15:35
Apakah ini sudah masuk ke admin?