Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Cara Mencegah Defisiensi Zat Besi pada Si Kecil
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Jun 2020
Zat besi merupakan adalah mineral makanan penting yang terlibat dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk transportasi oksigen dalam darah - yang vital untuk menyediakan energi bagi aktivitas sehari-hari. \Zat besi juga penting untuk perkembangan otak.
Sayangnya, bayi, balita, anak prasekolah dan remaja berisiko lebih tinggi mengalami kekurangan zat besi, terutama karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama periode pertumbuhan yang cepat. Tanpa intervensi, Si Kecil bisa mengalami anemia defisiensi besi (ADB) jika dalam makanannya tidak mengandung mineral penting ini dalam jumlah cukup.
ADB merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak, antara lain karenaterdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan.
Selain itu, ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak memadai dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.
ADB merupakan masalah serius. Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi.
Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko kehamilan dan bahkan kematian bayi.
Tanda dan gejala ADB pada anak-anak antara lain masalah perilaku, infeksi berulang, kehilangan selera makan, kelesuan
sesak nafas, peningkatan berkeringat hingga kegagalan untuk tumbuh pada tingkat yang diharapkan sesuai usia.
Mengingat zat besi memiliki peran yang sangat vital, maka ADB harus dicegah sejak dini. Pencegahan bisa dilakukan dengan edukasi dan suplementasi besi. Masyarakat perlu mengetahui tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan diserap lebih baik (misalnya ikan, hati dan daging). Karena kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi - mencapai 50% menurut laman IDAI, maka pemberian ASI ekslusif harus terus digaungkan, juga pemberian suplementasi besi dan makanan tambahan sesuai usia (dimulai sejak bayi hingga remaja).
Bunda perlu memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri/parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi besi.
Referensi
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/iron-deficiency-children
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak