Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Dampak negatif jika MPASI tidak diberikan tepat waktu
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 10 Apr 2017
Sahabat nutrisi,
MPASI seharusnya diberikan ketika bayi menginjak usia 6 bulan. Bukan sebelum, maupun setelah 6 bulan. Kebiasaan sebagian masyarakat yang masih memberikan MPASI sebelum bayi berusia 6 bulan ternyata dapat sangat membahayakan.
Sebelum 6 bulan, daya tahan tubuh bayi masih belum sempurna. Dengan memberikan makanan sebelum waktunya berarti membuat peluang masuknya kuman ke dalam tubuh si kecil menjadi semakin terbuka lebar, dan si kecil akan jauh lebih mudah terpapar berbagai penyakit.
Berikut beberapa risiko jika MPASI diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan:
- Menyebabkan diare atau susah buang air besar, karena sebelum usia 6 bulan fungsi saluran cerna bayi belum siap dan mampu mengolah makanan.
- Obesitas, karena bayi dapat memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya, misalnya makan banyak dan berlebihan, yang membuatnya berrisiko terkena obesitas.
- Kram usus atau kolik, yang juga disebabkan karena sistem pencernaan bayi belum siap mengolah makanan.
- Alergi makanan, usus bayi yang belum siap menerima berbagai zat-zat makanan dapat mengakibatkan alergi.
Namun, terlalu lambat memberikan MPASI ternyata juga berdampak negatif bagi kesehatan bayi, di antaranya:
- Kekurangan nutrisi yang seharusnya sudah diterima, karena nutrisi dalam ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan bayi di atas 6 bulan. Hal ini dapat menimbulkan risiko bayi mengalami kekurangan gizi, dan menyebabkan masalah tumbuh kembang, misalnya stunting
- Kemampuan oromotor atau gerak mulut menjadi kurang mendapat stimulasi, sehingga menyebabkan anak menjadi sering drolling, sulit mengunyah dan menelan, lebih suka mengemut makanan yang berrisiko merusak gigi