Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Pentingnya Deteksi Dini Alergi Makanan pada Si Kecil
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 24 Apr 2021
Tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya menderita, termasuk karena alergi. Sayangnya, alergi kerap tak terhindarkan, terutama jika orangtuanya memiliki riwayat alergi. Karena sulit bagi orangtua untuk sepenuhnya mengendalikan alergi pada anak, identifikasi dini alergi di masa kanak-kanak akan meningkatkan kualitas hidup, mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah, dan sebisa mungkin meminimalkan reaksi alergi dengan menghindari pencetusnya.
Alergi bukan saja berdampak pada kesehatan anak, namun juga memiliki dampak luas pada ekonomi. Penangan alergi memakan waktu yang lama. Di Amerika, estimasi jumlah biaya untuk intervensi medis adalah sebesar US$3.700 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, biaya medis yang diperlukan adalah sekitar Rp7-10 juta per orang per tahunnya.
Penderita alergi pada anak juga dibebankan sejumlah intervensi pendukung non-medis yang masuk dalam pembiayaan tak langsung. Hal ini mencakup biaya transportasi hingga biaya tambahan kebutuhan pelayanan medis lainnya. Pengeluaran tak langsung ini diperkirakan menyamai atau sekitar 75-90% dari angka pembiayaan medis. Jika biaya medis yang diperlukan seseorang adalah sekitar Rp8 juta, maka biaya tidak langsung ini adalah antara Rp5-7 juta. Besar bukan?
Dampak ekonomi lain yang dapat dialami adalah akibat menurunnya produktivitas penyandang penyakit alergi. WHO mencatat sebanyak 1% tingkat produktivitas manusia dapat hilang setiap tahunnya akibat penyakit alergi. Nilai ini setara dengan rata-rata Rp10-20 juta per tahunnya.1 Total pengeluaran untuk penanganan alergi nilainya melebihi nilai penghasilan rata-rata nasional per individu di Indonesia.
Identifikasi dini alergi pada masa kanak-kanak akan meningkatkan kualitas hidup anak, mengurangi jumlah hari anak tidak masuk sekolah, dan membantu orangtua menghindari keharusan menggunakan waktu sakit atau hari libur untuk merawat anak alergi.
Menurut American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI), alergi yang paling umum pada anak-anak adalah kacang dan susu; Pemicu reaksi alergi makanan lainnya termasuk telur, ikan, kerang (kepiting, lobster, udang), kedelai, kacang pohon (misalnya, pecan, kacang mete, dan kenari) dan gandum. Reaksi yang paling parah biasanya terjadi pada kacang tanah, kacang pohon, ikan, dan kerang.
Food Allergy Research & Education (FAIR Health) merupakan organisasi nirlaba independen yang mengumpulkan dan melakukan studi kajian sekaligus analisis data tentang biaya perawatan kesehatan terkait dengan alergi. Studi menemukan bahwa kacang adalah makanan yang paling umum diidentifikasi secara spesifik yang menyebabkan anafilaksis (reaksi alergi parah yang dapat mengancam nyawa) - mencakup 26 persen. Kacang pohon dan biji-bijian menyusul setelahnya di angka 18 persen. Alergi telur, krustasea (misalnya alergi terhadap udang atau lobster) dan alergi susu, masing-masing menyumbang 7 persen, 6 persen dan 5 persen dari klaim. Namun, kategori yang paling umum adalah “makanan spesifik lainnya” yaitu sebesar 33 persen), yang mencakup makanan yang jarang menyebabkan alergi dan kasus di mana alergen makanan yang sebenarnya tidak diketahui.
Bagaimana mengidentifikasi alergi makanan pada anak? Laman WebMD menyebut, pengenalan makanan padat (Makanan Pendamping ASI/MPASI) merupakan tonggak penting bagi orangtua. Perkenalkan makanan baru secara bertahap saat Si Kecil berusia 6 bulan. Perkenalkan makanan itu satu per satu, sehingga Bunda tahu jenis makanan mana yang berpotensi memicu alergi.
Setiap kali menawarkan makanan baru ke MPASI, tunggulah tiga hingga lima hari sebelum menambahkan jenis makanan baru ke dalam menu. Sementara itu, tetap berikan makanan yang tidak memicu reaksi alergi. WebMD menyebut delapan kelompok makanan yang diketahui kemungkinan menyebabkan masalah dengan reaksi alergi hingga 90%, antara lain susu sapi, telur, kacang kacangan, kacang pohon (seperti kenari atau almond), ikan, kerang, kedelai dan gandum.
Pedoman nutrisi dari American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan tidak masalah untuk memperkenalkan makanan penyebab alergi ini saat bayi siap diberikan MPASI yaitu saat berusia 6 bulan. Namun jika Bunda tidak yakin apakah Si Kecil memiliki reaksi alergi terhadap makanan (seperti diare, ruam, atau muntah), bicarakan dengan dokter anak untuk solusi terbaik.
Bagaimana mengetahui Si Kecil alergi makanan? Gejala alergi makanan biasanya muncul segera setelah makanan itu dikonsumsi - dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Jika Bunda memperkenalkan makanan baru kepada Si Kecil, perhatikan sejumlah gejala berikut ini: Biduran, kulit memerah atau ruam, wajah, lidah, atau bibir bengkak, muntah dan atau diare, batuk atau mengi, sulit bernafas, hingga penurunan kesadaran. Reaksi alergi yang parah bisa berakibat fatal dengan sangat cepat. Jika Si Kecil mengalami kesulitan bernapas/mengi, mengalami pembengkakan di wajah/bibirnya, atau mengalami muntah atau diare parah setelah makan sesuatu, segera hubungi kontak darurat rumah sakit/klinik.
Bila Si Kecil dicurigai memiliki alergi makanan, dokter akan melakukan sejumlah tes, antara lain tes kulit. Tes ini dilakukan dengan meletakkan ekstrak cair alergen makanan di lengan atau punggung Si Kecil, menusuk kulit, dan menunggu untuk melihat apakah bintik kemerahan terbentuk dalam waktu 15 menit. Tes positif untuk suatu makanan menunjukkan bahwa Si Kecil mungkin sensitif terhadap makanan itu. Tes lain yang bisa dilakukan adalah tes darah untuk memeriksa antibodi IgE terhadap makanan tertentu.
Menurut laman WebMD, beberapa alergi hilang seiring waktu. Alergi telur dan susu sering hilang seiring dengan bertambahnya usia anak, tetapi alergi kacang tanah, kacang pohon, dan kerang cenderung tetap ada. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa dalam kasus alergi kacang tanah, obat tetes imunoterapi kacang yang diberikan di bawah lidah dinilai aman dan efektif sebagai pengobatan untuk alergi kacang tanah, bahkan pada anak-anak berusia 1 tahun. Obat ini juga membantu menurunkan kepekaan pasien terhadap kacang secara signifikan. Namun pastikan berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum penggunaannya.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar alergen potensial diperkenalkan ke Si Kecil lebih awal. Langkah ini bertujuan untuk membantu mencegah mereka mengembangkan alergi terhadap makanan tersebut.
Referensi
1.https://www.nutriclub.co.id/article-balita/kesehatan/informasi/pengaruh-alergi-terhadap-keuangan-keluarga
https://acaai.org/allergies/who-has-allergies/children-allergies
https://www.foodallergy.org/resources/state-state-data-food-allergy
https://acaai.org/news/moms-need-guidance-what-eat-when-their-breastfeeding-infant-has-food-allergy
https://www.webmd.com/parenting/baby/introducing-new-foods#1