Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Cara mengenali anak berbakat
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 21 Apr 2017
Sahabat nutrisi,
Seringkali kita bertanya-tanya apakah anak kita memiliki bakat tertentu yang dapat menunjang masa depan mereka. Sebagian orang merujuk anak berbakat sebagai anak dengan kecerdasan rata-rata.
Namun National Association for Gifted Children https://www.nagc.org menyatakan bahwa individu berbakat adalah mereka yang menunjukkan tingkat yang luar biasa dari bakat atau kompetensi dalam satu atau lebih domain, yang meliputi area terstruktur dari aktivitas misalnya matematika, musik, bahasa, melukis, tari, dan olah raga.
Berikut beberapa tanda untuk mengenali apakah si kecil termasuk anak berbakat:
- Tidak betah duduk diam. Bagi sebagian orang, dia dianggap bertingkah di kelas. Padahal bagi anak berbakat, tugas-tugas rutin di sekolah, terutama sekolah dasar terasa sangat membosankan, sehingga mereka akan berusaha keluar dari situasi itu, seperti berbicara dengan teman-temannya, atau melakukan hal-hal lain yang merangsang pikiran mereka
- Anak berbakat biasanya memiliki nilai akademis yang rendah, karena mereka hanya fokus pada satu bidang saja, dan cenderung mengabaikan bidang lain
- Mudah terpancing emosi, atau marah, karena kecepatan otaknya dalam memecahkan masalah tidak atau belum diimbangi dengan ketrampilan motorik halusnya
- Tidak banyak teman sebaya. Umumnya anak-anak berbakat dapat berhubungan baik dengan orang-orang yang lebih dewasa atau anak-anak yang usianya lebih dewasa. Oleh karena itu mereka sering merasa terisolasi dengan teman-teman sebaya
- Sering merasa cemas karena kepekaan emosi mereka yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa tidak dipahami oleh lingkungan