Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Mengajarkan Sikap Sportif pada Si Kecil
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 20 Aug 2020
Bagi sebagian besar anak, menang dalam permainan itu penting, karena bisa memunculkan perasaan bangga dalam diri mereka. Kalah identik dengan kegagalan dan rasa malu. Atas alasan inilah, sebagian anak ingin menang dalam kompetisi, apapun caranya. Tak jarang demi mencapai tujuan, anak-anak akan membuat aturan sendiri, mengubahnya demi tujuan dan keuntungan mereka selama permainan.
Menang dalam kompetisi - terutama bagi anak laki-laki memiliki alasan tersendiri. Bagi anak laki-laki, perasaan menang, kebutuhan untuk merasakan dominasi fisik atau intelektual, menunjukkan kekuatan dan keterampilan mereka, merasa kuat dalam hubungannya dengan anaklain, tampaknya penting bagi harga dirinya. Si Kecil perlu percaya bahwa mereka dapat, dan akan, melakukan hal-hal besar.
Banyak anak yang ‘ngotot’ harus memang dalam permainan, terutama yang memiliki perangai impulsif dan berkemauan keras. Karena itu, lebih sulit bagi mereka untuk belajar mengendalikan ekspresi frustrasi dan kekecewaan ketika kalah atau hasil permainan tak sesuai dengan harapan.
Jadi apa yang bisa dilakukan orangtua dalam hal ini? Bagaimana kita sebagai orangtua dapat membantu anak-anak belajar menerima kekalahan dengan anggun? Banyak orangtua percaya bahwa aspek penting dari kedewasaan emosional ini dapat ditanamkan melalui ceramah dan penegakan disiplin yang ketat. Mungkin itu kurang tepat. Menurut psikolog, kemampuan untuk menerima kekalahan dengan anggun tidak dipelajari dari instruksi, melainkan dipelajari melalui latihan dan persaingan orang dewasa yang menjadi role model bagi Si Kecil.
Dalam permainan, selalu ada saat-saat kegembiraan, kecemasan, frustrasi, dan kekecewaan. Ketika orangtua bermain dengan anak, cobalah bermain dengan cukup antusias dan mengekspresikan kegembiraan dan kekecewaan. Anak dengan cara tertentu akan mengakui perasaan ini. Saat-saat singkat ini memberikan kesempatan pada Si Kecil bagaimana ia berusaha mengatasi frustrasi, dan bicarakan dengannya terkait situasi ini.
Cobalah beberapa kiat berikut untuk membantu Si Kecil belajar bagaimana memproses perasaan mereka terkait menang dan kalah dalam permainan:
1. Bicarakan aturan permainan
Sebelum Si Kecil bermain dengan temannya, bicarakan skenario yang berbeda sebagai persiapan. Tanyakan, apabila kalah, bagaimana perasaannya? Bagaimana perasaan temannya? Jelaskan dengan bahasa sederhana bahwa meskipun mereka ingin menang, Si Kecil dapat melanjutkan, memainkan permainan baru, dan mungkin ia akan memenangkan kompetisi berikutnya. Membicarakan skenario yang mungkin terjadi bisa membantu. Mengetahui bahwa ia akan kalah tidak terlalu menyesakkan karena tak ada orang yang 100% menang setiap saat.
2. Puji usahanya
Katakan kepada Si Kecil betapa bangganya Bunda karena usaha yang sudah mereka lakukan dalam suatu kegiatan — terlepas dari apakah mereka menang atau kalah. Jika Si Kecil menang, beritahukan mengapa Bunda bangga. “Kamu telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam bekerja sama dengan tim sehingga kemenangan ini memang layak didapatkan.” Jika Si Kecil kalah, tetap lakukan hal yang sama. Pujilah usahanya apapun hasilnya. Menang atau kalah adalah hal biasa.
3. Menang dengan ksatria
Bicarakan dengan Si Kecil bagaimana reaksi mereka saat menyambut kemenangan, atau sebaliknya, menerima kekalahan. Ajarkan anak untuk bersikap sportif. JIka teman mereka menang, ajari Si Kecil menyampaikan ucapan ‘selamat’ namun jika si teman kalah, Si Kecil bisa memberikan kalimat positif “Kamu mainnya bagus” tanpa terkesan jumawa. Menikmati kemenangan dengan anggun juga akan membantu Si Kecil menjadi lebih baik dalam memproses emosi mereka ketika mereka kalah karena kedua skenario ini memerlukan kontrol emosional, keterampilan fungsi eksekutif yang penting.
Nah, selamat mencoba.
Referensi
https://www.psychologytoday.com/us/blog/pride-and-joy/201209/winning-and-losing