Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Nov 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 27 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 16 Oct 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 22 Jan 2021
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 14 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 02 May 2020
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 12 Jun 2019
Tanya Ahli
Kirimkan pertanyaan Anda seputar gizi ibu dan anak, yang akan dijawab oleh Tanya Ahli SGM.
Perlukah Hukuman Fisik Untuk Anak?
Oleh Nutrisi Untuk Bangsa 11 Feb 2016
Sahabat nutrisi,
Pernahkah Anda merasa begitu kesal pada anak karena satu dan lain hal? Misalnya karena anak terlalu sering bermain sehingga nilai-nilai pelajarannya menurun, atau anak yang membangkang? Atau bahkan jika si kecil terus menerus merengek hingga membuat kesabaran habis? Lalu tangan Anda bergerak mencubitnya sampai dia menangis keras, atau memukulnya?
Pada saat kita kecil dulu, rasanya hukuman fisik yang dilakukan orangtua ataupun guru merupakan hal yang biasa. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak mengulangi kesalahan yang sama, atau agar anak berusaha lebih keras lagi. Namun saat ini, cara-cara seperti itu termasuk kekerasan, tidak efektif dan berdampak buruk bagi perkembangan anak.
Berikut beberapa akibat yang ditimbulkan karena hukuman fisik yang diberikan pada anak:
- Trauma, sehingga anak akan melihat orangtua atau guru sebagai sosok yang mengerikan
- Anak akan belajar bahwa tindak kekerasan merupakan hal yang biasa, sehingga dia akan melakukannya terhadap pihak yang lebih lemah seperti adik, adik kelas maupun pembantu rumah tangga. Lebih jauh lagi, saat dia besar, maka tidak tertutup kemungkinan akan melakukan kekerasan pada orangtua, atau bersikap agresif.
- Anak yang mengalami kekerasan dapat menjadi sosok yang tidak percaya diri
- Dia akan menganggap kekerasan yang diterimanya sebagai hal biasa, sehingga dia akan terus mengulang kesalahan, bahkan dapat meningkatkan perbuatan buruknya tersebut.
- Anak akan kehilangan motivasi, dan menjadi sosok yang pasif
Sebenarnya ada banyak cara untuk memberikan sanksi jika anak melakukan kesalahan atau untuk mendisiplinkan anak. Cara terbaik adalah dengan membuka pintu komunikasi seluas-luasnya. Cari tahu akar masalahnya terlebih dulu agar penyelesaiannya tepat sasaran.